BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Program Wakening Interfaith Innitiative (WIFI) kembali digelar ketiga kalinya di California Hotel, Jl.Wastukencana No.48, Kota Bandung, Rabu (29/3/2023).
Acara ini diselenggarakan oleh Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian Nawang Wulan bersama Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) yang didukung oleh Search for Common Ground Indonesia dan Kesbangpol Kota Bandung.
Adapun WIFI di babak ketiga ini bertajuk ‘Orang Muda Peduli Kota dan Inklusi Disabilitas’ yang diangkat menjadi topik.
Sebelumnya, WIFI babak pertama berfokus pada tajuk ‘Digitalisasi Manajemen Komunitas dengan Pendekatan Berbasis HAM dan Tanpa Permusuhan’.
Sementara WIFI babak kedua memilih tema ‘Belajar Mendengar Untuk Inisiatif Dialog dan Kerjasama Antarelemen di Bandung Raya’.
Topik ‘Orang Muda Peduli Kota dan Inklusi Disabilitas’ yang diangkat menjadi topik diambil mengingat ditengah kekayaan komunitas, semuanya berhadapan dengan persoalan kota yang menjadi perhatian bersama. Salah satu diantara banyaknya persoalan yaitu isu inklusi disabilitas.
WIFI ketiga ini diselenggarakan dalam bentuk forum dan sharing session.
Dihadiri oleh 27 orang perwakilan organisasi dan komunitas masyarakat sipil, juga pejabat pemerintah daerah di Bandung Raya. Diantaranya; HWDI, CAI, Bumi Disabilitas, AJI Bandung, Yayasan Salman ITB, Iteung Gugat, Jemaat GKI Kebon Jati, dan lain-lain.
Hadir pula Dinas Pendidikan, Dinas sosial dan Kemenag Kota Bandung.
Salah satu peserta, Dinda yang mewakili HWDI mengungkapkan bahwa forum diskusi dan sharing session berlangsung hangat dan ia pun sangat antusias berbagi pengalaman dan perspektif.
Ia juga menyampaikan bahwa HWDI turut melibatkan diri dalam berbagai kegiatan.
“Pada praktiknya, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) bukan lagi melibatkan teman-teman disabilitas di forum-forum, tetapi memang teman-teman disabilitaslah yang menjadi pengurus sekaligus kitalah yang memiliki gagasan untuk menentukan apa yang akan kita lakukan. Teman-teman disabilitas tidak lagi menjadi objek, melainkan sebagai subjek,” tandasnya.
Ketiga program WIFI pada dasarnya berangkat dari semangat yang sama, yaitu semangat kemanusiaan dan kolaborasi antarelemen untuk merealisasikan Bandung yang inklusif.
Harapannya, melalui WIFI ketiga ini yang merupakan pertemuan perdana dalam memahami isu disabilitas, tiap organisasi dan komunitas masyarakat sipil, juga pejabat pemerintah dapat bersinergi membangun ruang temu dan dialog yang berkelanjutan.
Dari forum ini juga dapat memaknai bahwa semua orang, termasuk teman-teman disabilitas, sama-sama punya inisiaif dan dapat mandiri dalam berdaya juga berkarya. (*/tiwi)