BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Maknai Hari Lahir Pancasila, Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna ingatkan pentingnya menjaga pancasila di tengah keanegaragaman budaya dan agama.
‘Kita harus memelihara Pancasila sebagai cara hidup kita dan senjata kita dalam hidup bernegara dan mempertahankan kebersamaan,” ujar Ema, yang ditemui usai upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tingkat Kota Bandung, Rabu (1/6/2023).
Ema mengatakan Kota Bandung merupakan etalase NKRI, di mana seluruh etnis dan agama berkumpul di sini. Sehingga harus dijaga kondusifitasnya.
“Namun, saya pikir, sejauh ini Kota Bandung terhitung kondusif. Tidak ada konflik sara yang bisa menjadi penyebab pemicu perpecahan,” tutur Ema.
Disinggung mengenai jiwa pancasila di kalangan anak muda, Ema mengatakan, memang perlu terus belajar bagaimana kesejahteraan dan kesejarahan founding father di Kota Bandung.
“Banyak yang harus dipelajari oleh para pemuda dari sejarah berdirinya Kota Bandung dan Pancasila, agar mereka bisa lebih menghargai dan mencintai pancasila, sebagai landasan hidup mereka dalam bersosialisasi dan bernegara,” paparnya.
Degradasi Pancasila dalam Jiwa Anak Muda
Ditanya mengenai degradasi pancasila dalam jiwa anak muda, Ema menyebut, kemungkinan yang terjadi hanya pergeseran, bukan penurunan jiwa pancasila. Itu yang kemudian harus diupayakan agar menjadi utuh.
“Degradasi itu merupakan dinamika dan itu mungkin ada, karena anak jaman sekarang kan gayanya beda dengan jaman dulu. Namun, jika kita masih punya falsafah yang sama, maka jiwa pancasila tidak akan hilang,” terangnya.
Ditemui terpisah, Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan mengatakan, perlu ada bimbingan untuk pemuda gen z,
“Dalam menyampaikan nilai-nilai pancasila, perlu ada sentuhan kekinian agar ada pola yang lebih mengena,” katanya.
Tedy menegaskan, agar nilai pancasila bisa tetap hadir di dalam jiwa seluruh anak bangsa. Supaya anak muda sekarang tidak mudah terprovokasi dan terpecah belah.
“Perlu ada kegiatan lintas suku dan lintas agama yang dilaksanakan di alam terbuka. Anak sekarang sepertinya kurang tepat jika penyampaian materi dilakukan di dalam ruangan,” tuturnya.
Dengan kegiatan yang digelar bersama lintas suku dan agama di luar ruangan, bisa lebih aplikatif. Sehingga bisa lebih diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (put)