BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Tingginya permintaan namun stok yang berkurang, membuat harga hewan kurban di Kota Bandung tahun ini naik sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami memprediksi tahun ini juga akan ada peningkatan permintaan hewan kurban sekitar 30 persen,” ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian (DKPP) Kota Banduing Wilsandi Saefulloh, kepada wartawan, Selasa (13/6/2023).
Berdasarkan data DKPP Kota Bandung, harga sapi yaitu Rp75 ribu/kg bobot hidup dan domba Rp100 ribu-Rp120 ribu/kilogram bobot hidup.
“Harga domba memang lebih mahal, kemungkinan karena untuk sapi proses pemeliharannya bisa insentif bisa pake pakan yang dari pabrikan. Sementara untuk domba kan selain jumlahnya relatif sedikit, juga karena untuk pakannya masih menggunakan rumput,” paparnya.
Naiknya harga hewan kurban di Kota Bandung, dikarenakan beberapa hal. Salah satunya adalah karena populasi yang menurun akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Meski di Kota Bandung hanya ditemukan 50 kasus untuk PMK, namun, di wilayah lain jumlahnya cukup banyak.
“Untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban, Kota Bandung kan mendatangkannya dari wilayah lain. Sehingga meskipun kasus PMK di Kota Bandung hanya ditemukan sekitar 50 kasus, namun di wilaya lain banyak. Tentu populasinya ikut terganggu,” jelas Willi.
Selain itu, karena jumlah sapi yang relatif menurun, masyarakat akhirnya beralih ke hewan kurban jenis domba. Sehingga permintaan untuk domba sekarang ikut naik, mengakibatkan populasi juga terganggu.
“Beberapa hal tersebut membuat harga hewan kurban mengalami kenaikan,” tegasnya.
Harga ini, kemungkinan rata di seluruh Kota Bandung dan diprediksi tidak akan ada kenaikan signifikan menjelang hari H perayaan Idul Adha.
“Kalaupun ada kenaikan tidak akan terlalu signifikan,” tambahnya.
Belum lagi ditambah tingginya permintaan atas hewan kurban juga menajdi salah satu penyumbang peningkatan harga.
“Karena sekarang kan ekonomi sudah mulai pulih. Sehingga banyak warga yang sudah bisa kembali berkurban,” jelasnya.
Disamping itu, Willi mengatakan, untuk mendapatkan sapi, sekarang penjual harus berkeliling dan mencari ke beberapa titik yang lebih jauh dan lebih banyak.
“Kalau dulu, kan bisa mendapatkan di daerah Jawa Tengah, sekarang harus mencari sampai ke Jawa Timur,” katanya.
Disinggung mengenai solusi dari DKPP, Willi mengatakan untuk peternak lokal pihaknya melakukan penjagaan dan proteksi kesehatan hewan ternak agar tidak terkena penyakit. Salah satunya penyakit cacar sapi.
“Menjaga kesehatan hewan kurban, menjadi salah satu upaya kami agar tidak ada pengurangan populasi yang sudah ada,” tuturnya.
Disinggung mengenai kemungkinan menambah kuota sapi dari kota penyedia, Willi mengatakan tidak memungkinkan. Pasalnya, mereka juga mengalami penurunan polupasi. (put)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Lulusan terbaik Program Doktor Pascasarjana Unpas, Endah Marlovia, ingin mengejar gelar Profesor…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Wakil Menteri UMKM, Helvi Yuni Moraz, meminta lulusan Universitas Pasundan (Unpas) memanfaatkan…
Oleh: Dr. H. Deden Ramdan, M.Si, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unpas (Negarawan dalam Pilkada Serentak…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Penjabat Gubernur Bey Machmudin mengapresiasi persetujuan APBD tahun 2025 dilakukan lebih awal…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sebanyak enam ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Barat menggelar aksi…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat, Daddy Rohanady, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kinerja…