BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Melonjaknya harga bahan pokok beberapa waktu belakangan ini, memberatkan masyarakat. Tidak terkecuali untuk warga Kota Bandung, yang merasa sangat diberatkan dengan kenaikan harga ini.
“Belakangan ini, memang harga bahan pokok mengalami kenaikan, saya menerima banyak keluhan dari warga sekitar. Terutama dari ibu-ibu dan beberapa pengusaha kuliner,” ujar Anggota Komisi B, DPRD Kota Bandung, Wawan Mohamad Usman.
Wawan mengatakan, baik DPRD maupun Pemkot Bandung, tidak bisa melakukan banyak intervensi terkait kenaikan harga ini. Pasalnya kebijakan terbesar merupakan kewenangan pemerintah pusat, dalam hal ini Dirjen Peternakan Pada Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
“Kalau kewenangan kita tidak banyak, ini bergantung kebijakan pemerintah pusat,” jelas Wawan.
Hal yang bisa dilakukan pemerintah pusat, lanjut Wawan adalah dengan menyeimbangkan suplai bibit ayam. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Sekarang kan ketersediaan bibit diatur oleh pemerintah pusat, dan sementara ini, suplai bibit dibatasi,” tambahnya.
Kenaikan harga ini juga dipicu kenaikan harga pakan yang kebanyakan berasal dari luar negeri. Beberapa pakan ayam yang berasal dari luar negeri adalah gandum dan jagung. Karena kedua bahan ini mengalami keianikan, secara otomatis harga produksi juga mengalami kenaikan.
“Dengan kenaikan harga pakan dan biaya produksi, otomatis harga jual ayam dan telur mengalami kenaikan,” tegasnya.
Tingginya harga pakan dan ongkos produksi membuat beberapa pengusaha ayam terutama untuk pengusaha kecil, mengalami kerugian. Bahkan, sambung Wawan, pengurangan jumlah pengusaha ayam ini hingga 50 persen.
“Jadi sekarang, hanya tersisa pengusaha besar saja, pengusaha kecilnya sudah gulung tikar. Ditambah dengan pemenuhan kebutuhan ayam dan telur di Kota Bandung, memang bukan dari dalam kota. Kita kan dapat suplai dari luar kota, kalau Kota Bandung kan hanya mengkonsumsi. Kalaupun ada pengusaha di Kota Bandung, jumlahnya tidak banyak,” bebernya.
Kenaikan harga ayam dan telur di pasaran, juga menurunkan daya beli masyarakat. Sekarang, lanjut Wawan pembeli ayam berkurang hingga 40 persen. Karena memang masyarakat merasa keberatan dengan harga ayam yang meningkat.
Meski demikian, Wawan mengaku tidak bisa menganjurkan warga untuk mengalihkan konsumsi ayam dan telur ke jenis protein hewani lain. Pasalnya harga ayam dan telur ini memang sudah yang paling murah.
“Ada tiga jenis protein hewani yang relatif paling rendah, yaitu ayam, telur dan ikan. Kalau yang lain kan agak mahal,” terangnya. (put)
Oleh: Firdaus Arifin, Dosen YPT Pasundan Dpk. FH UNPAS (RUU Perlindungan Guru) BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Menghadapi ancaman cuaca ekstrem seperti banjir dan longsor, Pemerintah Provinsi Jawa Barat…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menunjukkan komitmennya dalam lestarikan budaya sekaligus mengintegrasikannya…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sebanyak 900 personel gabungan dari Polres Cimahi dan Polda Jawa Barat dikerahkan…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat menahan dua tersangka kasus dugaan penguasaan tanah…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyatakan bahwa mitigasi dan solusi…