BANDUNG BARAT, WWW.PASJABAR.COM– Mengenal sejarah sejak kecil, membuat Malia Nur Alifa terus menggali dan mengeksplorasi hal-hal bersejarah di sekitarnya, hingga menghasilkan sebuah buku berjudul “Satu Dekade” yang mengulas Bandung-Lembang.
Satu Dekade menjadi judul yang dipilih Malia karena butuh waktu lebih dari sepuluh tahun untuk melakukan riset demi buku ini.
“Saya membutuhkan dua belas tahun dari 2009 sampai 2022 untuk menyelesaikan buku ini, karena catatan literasi terkait Lembang sangat minim jadi saya benar-benar menggali dari tokoh atau narasumber terkait,” ungkapnya kepada PASJABAR.
Buku yang terbit pada tahun 2023 ini mencatatkan hasil riset Malia tentang sejarah utara Bandung terutama Lembang masa kolonial.
“Saya juga mengulas kisah-kisah menarik dari tempat masa kanak-kanak saya hingga kisah —kisah kakek yang selalu dijadikan dongeng pengantar tidur sewaktu saya masih kecil,” ungkapnya.
Cerita dari sang kakek sambung Malia, amat membekas di dalam benaknya karena ia tumbuh bersama kakek, karena pada saat Malia kecil, ayahnya bekerja di Surabaya dan Ibunya bekerja di Lembang.
“Karena hidup dan besar dengan kakek saya sering sekali mendengarkan berbagai cerita sejarah mulai dari tempat saya tinggal, karena dulu saya sempat tinggal di Gang Affandi yang terletak di kawasan Braga, jalan yang punya banyak cerita,” paparnya.
“Namun karena rumah kakek terbakar pada tahun 1994, kami akhirnya pindah ke Lembang,” ungkapnya.
Tinggal di Lembang membuat Malia mulai menelusuri lebih lanjut tentang kabupaten yang terletak di Kabupaten Bandung Barat tersebut.
“karena tidak menemukan di internet saya akhirnya mencari tokoh-tokoh yang bersangkutan yang terkadang tidak mudah untuk ditemui,” ucapnya.
Kemudian Malia tertarik mendokumentasikan dan mencatatkannya dalam sebuah buku, informasi yang dia angkat dari sumber lisan atau oral story.
“Dulu saya ada tim riset, sebelas orang jumlahnya, namun karena masalah kesulitan informasi dan satu dua hal, tim risetnya mengundurkan diri hingga jadi enam orang dan akhirnya saya sendiri,” ungkapnya.
Setelah perjalanan yang panjang dan berliku, Malia pun merasa lega telah dapat menuntaskan bukunya.
“Semoga bermanfaat, saya juga berharap bahwa aset aset sejarah akan terus terjaga, mudah-mudahan pemerintah KBB juga dapat berkolaborasi dengan pencinta heritage untuk menjaganya,” tuturnya.
Malia juga bercerita pentingnya mengemas sejarah dengan cara yang menyenangkan.
“Sejarah itu kan stigmanya membosankan dan tidak menarik, ke depan semoga pelajaran sejarah di sekolah dapat dikemas dengan lebih asyik, learning history with fun,” harapnya.
Ke depan Malia juga berencana untuk menerbitkan buku ke duanya yang ia beri judul “Delapan Kisah Wanita Pribumi” yang memiliki kaitan dengan sejarah Lembang. (tiwi)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…