HEADLINE

Adab Dalam Bepergian

ADVERTISEMENT

*)CAHAYA PASUNDAN

Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si (Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan)

Tentang akhlak atau adab safar, para ulama membaginya kepada tiga bagian, yaitu: (1) adab sebelum safar, (2) adab ketika safar, (3) adab setelah safar (Lihat, “Abdul Hamid bin “Abdurrahman as-Suhaibani, 2006: Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, 2008: 205-209).

1. Adab Sebelum Safar:

a. Shalat Istikharah, yaitu shalat sunnah dua rakaat lalu membaca doa istikharah. Dari Jabir bin ‘Abdillah Ra, 18 berkata: Rasulullah Saw mengajarkan kepada kami shalat istikharah untuk memutuskan segala sesuatu sebagaimana beliau mengajarkan Al-Quran. Beliau bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah ia melakukan shalat sunnah (istikharah) dua rakaat, lalu membaca doa istikharah.” (Hr Al-Bukhari). Doanya bisa dilihat dalam buku tuntunan shalat sunnah.

b. Hendaklah beristigfar dan bertobat kepada Allah dari segala macam kemaksiatan dan dosa yang sudah dilakukan, karena tidak diketahui apa yang akan terjadi dalam safarnya. Bagi orang yang hendak melakukan safar, hendaklah ia melunasi utang-utangnya terlebih dahulu dan menyiapkan nafkah untuk setiap orang yang harus dinafkahinya.

c. Hendaklah ja membawa perbekalan dari sumber yang halal. Hendaklah melakukan safar bersama dua orang atau lebih teman yang saleh. Seperti disebutkan dalam hadis:

“Satu pengendara (musafir) adalah setan, dua pengendara (musafir) adalah dua setan, dan tiga pengendara (musafir) ialah rombongan musafir.” (Hr Imam Ahmad dan Abu Dawud).

d. Mengangkat pemimpin, yaitu hendaklah menunjuk salah seorang menjadi ketua rombongan dalam safar, sebagaimana dinyatakan dalam hadis:

“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebaga ketua rombongan.” (Hr Abu Dawud)

Hendaklah yang dipilih sebagai ketua rombongan adalah orang yang berakhlak baik, dekat dengan teman-temannya, mengutamakan kepentingan orang lain (tidak egois), dan selalu mencari kesepakatan.

e. Disunnahkan melakukan safar pada hari Kamis dan berangkat pada pagi hari. Hal ini berdasarkan hadis sahih dari Ka’ab bin Malik Ra:

Nabi Saw keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk keluar (bepergian) pada hari Kamis. (Hr Al-Bukhari dan Abu Dawud)

Di dalam riwayat yang lain disebutkan:

Setiapkali hendak bepergian, Rasulullah Saw melakukannya pada hari Kamis. (Hr Al-Bukhari)

Sementara itu, dalil tentang kesunnahan berangkat pada pagi hari adalah hadis berikut:

(Rasulullah Saw berdoa,) “Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi harinya.” (Hr Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Di samping itu, disukai juga untuk memulai bepergian pada waktu ad-dulajah, yaitu awal malam atau sepanjang malam, sebagaimana hadis dari Anas bin Malik Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

Hendaklah kalian bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam. (Hr Abu Dawud dan Al-Hakim)

f. Berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan. Rasulullah Saw senantiasa berpamitan kepada para sahabatnya ketika akan bepergian. Beliau mengucapkan doa kepada salah seorang di antara mereka, dengan doa berikut:

أستودع الله دينك وأمانتك وخواتيم عملك

(Astaudi’ullaha dinaka wa amanataka wa khawatima ‘amalika).

Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah. (Hr Ahmad dan At-Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Al-Hakim)

2. Adab Ketika Safar

a. Mengucapkan doa safar ketika hendak menaiki kendaraan. Apabila Rasulullah Saw menaiki kendaraan, beliau mengucapkan takbir tiga kali, lalu berdoa:

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

(Subhanalladzi sakkhoro lana hadza wa maa kunnaa lahu muqrinin, wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibun, allahumma inna nas’aluka fii safarinaa hadzal birro wat taqwa wa minal ‘amal maa tardho, allahumma hawwin ‘alaina safarona hadza wa athwi ‘annaa bu’dahu, allahumma antas shohibu fis safari wal kholifatu fil ahli, allahumma inni a’udzubika min wa’tsaais safari wa kaabatil mandzhori wa suuil munqolibi fil maali wal ahli)

Mahasuci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di Hari Kiamat). Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami memohon perbuatan yang membuat-Mu ridha. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan yang mengurus keluarga-(ku). Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga. (Hr Muslim).

Dalam hadis yang lain disebutkan:

Apabila Rasulullah Saw melakukan perjalanan jauh, beliau berlindung kepada Allah dari kelelahan perjalanan, perubahan yang menyedihkan, kekurangan setelah kelebihan, doa orang-orang yang teraniaya serta pemandangan yang buruk dalam keluarga dan hartanya. (Hr Muslim)

b. Bertakbir, mengucapkan allahu akbar ketika melewati jalan mendaki dan bertasbih (mengucapakan subhanallah) ketika melewati jalan menurun, sebagaimana hadis dari Jabir bin ‘Abdullah Ra:

Kami, apabila berjalan menanjak, mengucapkan takbir (allahu akbar) dan apabila jalan menurun membaca tasbih (subhanallah). (Hr Al-Bukhari, Ahmad, Ad-Darimi, dan An-Nasa’i)

c. Melafalkan banyak doa, berdasarkan hadis berikut:

Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, “Tiga doa yang pasti dikabulkan (mustajab) dan tidak ada keraguan lagi tentangnya, yaitu doa orang yang dizalimi, doa musafir (orang yang melakukan perjalanan), dan doa buruk orang tua terhadap anaknya.” (Hr Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

3. Adab Pulang dalam Safar

a. Mengucapkan doa safar, sebagaimana telah disebutkan di atas, kemudian menambahnya dengan kalimat berikut:

آيِبُونَ، تائِبُونَ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ

Kami kembali dengan bertobat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Rabb kami. (Hr Muslim, Ahmad, dan An-Nasa’i)

Ketika kembali dari bepergian dan melalui bukit atau tempat yang luas lagi tinggi, bertakbir tiga kali kemudian berdoa:

Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, kami kembali dengan bertobat, tetap beribadah dan bersujud, serta selalu memuji Tuhan kami. Dialah Yang membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan segala musuh dengan kemahaesaan-Nya. (Hr Al-Bukhari dan Muslim)

Dan sangat disukai (dianjurkan) untuk mengulang-ulang doa berikut:

آيِبُونَ، تائِبُونَ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ

Kami kembali dengan bertobat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Tuhan kami. (Hr Muslim, Ahmad, dan An-Nasa’i).

Hal ini berdasarkan hadis dari Anas Ra bahwa Nabi Saw terus-menerus mengucapkan kalimat itu hingga kami tiba di Madinah (Hr Muslim)

b. Memberitahukan terlebih dahulu kedatangan kepada keluarga dan tidak disukai untuk kembali dari bepergian pada malam hari tanpa memberitahu kepada keluarga terlebih dahulu. Rasulullah Saw melarang seseorang mengetuk pintu rumah keluarganya pada waktu malam. Hal ini berdasarkan hadis berikut:

Rasulullah Saw melarang seseorang untuk mengetuk (pintu rumah) keluarganya pada waktu malam hari. (Hr Al-Bukhari dan Muslim)

Dan dalam hadis lainnya disebutkan:

Rasulullah Saw tidak pernah mengetuk pintu (rumah keluarganya), tidak pula masuk (ke rumah, setelah pulang dari bepergian) kecuali pada pagi hari atau sore hari. (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

c. Shalat dua rakaat di masjid ketika tiba dari perjalanan, sebagaimana hadis berikut:

Sesungguhnya apabila Nabi Saw telah tiba dari bepergian pada saat dhuha, beliau masuk ke dalam masjid dan kemudian shalat dua rakaat sebelum duduk. (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

Sedangkan dalam hadis dari Jabir bin ‘Abdullah Ra, ia berkata: Aku pernah bepergian bersama Rasulullah Saw. Ketika kami telah tiba di kota Madinah, beliau berkata kepadaku:

“Masuklah ke masjid dan shalatlah dua rakaat.” (Hr AlBukhari) (*)

Nurrani Rusmana

Recent Posts

Sustainability Bond bank bjb Oversubscribed Hingga 4,66 Kali

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…

8 jam ago

Sengit! Persib Kandaskan Borneo FC Lewat Gol Ciro Alves

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…

9 jam ago

Cucun Syamsurijal Laporkan Anggota DPRD Kab. Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…

9 jam ago

Cucun Syamsurijal: Pilkada Ibarat Sepak Bola

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…

10 jam ago

Peluang Emil Audero di Timnas Indonesia Kata Erick Thohir

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…

11 jam ago

Insting Shin Tae-yong Terbukti di Laga Kontra Arab

WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…

12 jam ago