BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenalkan program pengolahan limbah organik pada level rumah tangga dan komunal dengan aplikasi tong sapah biokonversi di daerag gempa Cianjur” pada Sabtu (4/11/2023) lalu. Kegiatan ini adalah bagian dari pengabdian para masyarakat untuk wilayah yang terkena dampak gempa di Cianjur.
Tim pengabdian ini dipimpin oleh Dr. Acep Purqon dan para mahasiswa Prodi Fisika ITB dengan beberapa kegiatan yang terintegrasi. Kegiatan ini juga lanjutan dari beberapa kegiatan pendampingan sebelumnya sejak awal tahun ini yang juga melibatkan warga, pemuda, ibu-ibu, dan RT, RW dan setempat.
Permasalahan Sampah
Seperti diketahui, berbagai permasalahan muncul pasca gempa di Cianjur. Salah satunya adalah permasalahan sampah yang menumpuk. Sebagian sampah ada yang dibuang ke sungai yang memunculkan persoalan baru di tempat lain.Hal lain adalah di beberapa lokasi mulai terjadi penurunan kedalaman sumur setelah pasca gempa. Sehingga diperlukan berbagai teknologi untuk solusi pencarian air bersih tersebut.
Acep Purqon mengenalkan bagaimana Fisika kebencanaan dan lingkungan terkait dengan solusi untuk sustainable earth. Karena pasti akan saling terkait dengan hal lain misalnya berbagai persoalan lain yang teridenfikasi adalah imbasnya adalah persoalan perkebunan, pertanian, logistik, iklim, cuaca curah hujan, renewable energy (memanfaatkan sungai, microhydro, matahari, angin dll), waste management, pengelolaan pasca bencana dan lain-lain.
“Warga sangat membutuhkan solusi permasalahan tersebut dan berharap ITB bisa membantu memecahkan permasalahn tersebut. RT dan RW juga menyambut positif kegiatan ini,” kata salah satu penggerak sosial warga lokal yaitu Pak Wawan yang juga pimpinan Societa Cianjur.
Bencana Munculkan Inovasi
Berbagai problem tersebut diharapkan melahirkan ide-ide baru yang bisa memantik dan memicu inovasi dan teknologi untuk kebutuhan mitigasi bencana sebagaimana di negara maju misalnya di jepang.
Bencana itu memunculkan inovasi baru, inovasi memperkuat pasar, sehingga ada geliat ekonomi baru dan akhirnya kesejahteraan bersama. Sebagai alumni dari Jepang.
Acep Purqon melihat bahwa bagaimana mindset dan implementasi mengkonversi bencana menjadi anugerah. Sebagaimana berbagai program inovasi di jepang terkait mitigasi dan berbagai macam paten dan inovasi.
Seperti diketahui, jepang adalah negeri dengan rawan bencana yang sangat tinggi, baik gempa, angin topan taifu ataupun tsunami. Semua seperti berlomba menghadirkan inovasi solusi bencana, baik sebelum yaitu mitigasi, selama bencana, maupun teknologi pasca bencana.
Salah satu yang dilakukan adalah pengolahan sampah organik melalui tong sampah biokonversi untuk menghasilkan biomasa untuk pupuk maupun pakan ternak yang telah dikembangkan juga oleh salah satu anggota tim pengabdian masyarakat ini yaitu Dr. Ramadhani Eka Putra.
Selanjutnya secara paralel membina dan memberi pendampingan untuk budidaya lebah trigona untuk mendapatkan pemasukan kelompok tani yang sebelumnya di daerah ini berbagai kegiatan yang padi di sawah, peternakan domba, budidaya sayur mayur dan lain-lain.
“Sebetulnya secara circular economy, pengolahan sampah dan waste management ini akan satu supply chain dengan precision farming, smart farming dan integrated farming. Karena feeder dari pakan dan pupuk hasil pengolahan sampah ini akan sampai ke sini untuk mendukung kemandirian lokal,” ujar Acep.
Acep menyebut masing-masing tempat mempunyai keunikan microclimate masing-masing daerah. Antar daerah di Indonesia juga punya keunikan masing-masing dan menjadi kekayaan nusantara, misalnya pada ethnofarm. (fal)