BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna mengakui intensitas bencana di Kota Bandung meningkat. Karenanya, Pemkot Bandung mempertimbangkan untuk membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terpisah.
“Ya memang, sekarang kan BPBD masih menjadi satu dengan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB). Tapi seiring perkembangan zaman sepertinya sekarang kita akan SOTK terpisah,” ujar Ema, kepada wartawan, Rabu (17/1/2024).
Ema mengatakan, membentuk BPBD sebagai SOTK baru, sekarang memang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan keadaan bencana di Kota Bandung.
“Kalau dulu, bencana hanya terjadi di beberapa titik saja. Sekarang jumlah titiknya bertambah. Selain itu intensitasnya juga semakin meningkat,” terangnya.
Meski demikian, untuk membuat satu SOTK baru, dibutuhkan kajian oleh tim ahli dan independen. Sehingga diketahui dengan tepat apa saja kebutuhan dan apa saja yang sudah dimiliki oleh Pemkot Bandung.
“Kalau kemarin di lihat dari scoring, BPBD masih memungkinkan untuk disatukan dengan Diskar PB. Nanti kita lihat telaahannya. Apakah masih bisa disatukan atau harus dipisah,” terangnya.
Disinggung mengenai anggaran dan SDM, Ema mengatakan Pemkot Bandung memiliki cukup anggaran dan SDM jika nantinya BPBD terbentuk dan menjadi SOTK terpisah.
“Kita kan punya beberapa PNS yang sekarang jabatannya sudah 3a dan siap naik menjadi Eselon 2b. Ini menandakan kita suap secara SDM,” tuturnya.
Di sisi lain, tambahnya, jika BPBD dibentuk dan menjadi SOTK terpisah, penanggulangan bencana jadi lebih terfokus, bencana juga bisa ditanggulangi secara cepat. Penanggulangan bencana terutama banjir, juga bisa lebih komprehensif.
Bantu Percepatan Penanggulangan Bencana
Sementara itu, Camat Cidadap, Hilda Hendrawan mengatakan, sebagai aparat kewilayahan, pihaknya sangat terbantu jika Pemkot Bandung memiliki BPBD sebagai SOTk terpisah. Pasalnya akan sangat membantu dalam percepatan penanggulangan bencana, terlebih bencana yang berkaitan dengan korban jiwa.
“Kalau ada SOTK terpisah, penganggulangannya kan akan lebih cepat,” terangnya.
Hilda mengatakan kenaikan intensitas bencana memang ada. Namun, jumlahnya tidak signifikan. Sayangnya, ketika ditanya angka pastinya, Hilda mengaku tidak mengetahui jumlah persis berapa kali kejadian kebencanaan yang terjadi di wilayahnya.
“Kami tidak dalam kapasitas menghitung bencana alam yang terjadi di wilayah kami,” katanya.
Menurutnya, dirinya hanya bisa melaporkan kejadian bencana yang sudah terjadi. Sementara untuk pendataan dan pencegahan, bukan kewenangannya.
“Kami hanya bisa melakukan sosialisasi kepada warga, untuk menghindari atau menanggulangi bencana yang terjadi,” jelasnya. (put)