BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Kinerja riset dosen Perguruan tinggi di Indonesia ternyata masih tertinggal dari dosen lainnya di negara ASEAN. Hal tersebut diungkapkan salah satu pembicara dalam webinar Prof. Akhmaloka, Ph.D.
Prof. Akhmaloka, Ph.D yang merupakan Guru Besar ITB menjadi salah satu pembicara dalam menggelar webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa bertema “Tantangan dan Peluang untuk Menuju Indonesia Emas”, di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah, Rabu (17/01/2023), yang diselenggarakan oleh Forum Guru Besar, Institut Teknologi Bandung (FGB ITB).
“Kinerja riset dari dosen perguruan tinggi di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga di ASEAN karena kurangnya infrastruktur riset dan kesejahteraan dosen. Perguruan tinggi yang terakreditasi A (unggul) itu 3,39 persen. Di atas 61 persen akreditasinya masih C,” ujarnya.
Hal itu dikatakan Akhmaloka dikarenakan dalam peningkatan kualitas SDM melalui perguruan tinggi terkendala kesenjangan kuantitas maupun kualitas.
Oleh karenannya, menilik dari negara-negara maju, Indonesia dikatakannya perlu mengejar ketertinggalan dengan mulai mengadopsi bidang-bidang ilmu baru yang selaras dengan kebutuhan di era mendatang.
“Seperti generative AI, quantum computing, new material, nanotechnology, dan sebagainya. Penyesuaian model pengajaran melalui penguatan pendidikan karakter juga penting dilakukan guna membentuk SDM yang bermoral, beretika, serta memiliki kompetensi lifelong learning,” jelasnya.
Akhmaloka juga merekomendasikan empat kebijakan kunci terkait pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia, antara lain Diferensiasi misi perguruan tinggi. Contohnya seperti adanya universitas penelitian untuk melakukan lompatan inovasi dan meningkatkan reputasi global hingga universitas dengan pendidikan profesi yang menghasilkan tenaga kerja ahli yang professional untuk mendorong perekonomian nasional; Pendirian institut teknologi baru termasuk pendidikan vokasi serta penguatan perguruan tinggi yang sudah ada yang menitikberatkan pada penguatan prigram studi dan riset Science, Technology, Engineering, Art, and Math (STEAM) yang berkualitas; Penataan regulasi dan alokasi anggaran yang lebih adil dan efektif; dan Tata kelola dan kebijakan otonomi perguruan tinggi yang mendukung pengembangan dan kemandirian pengelolaan yang berbasiskan kualitas ouput. (tie)