BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — SDN Putraco 206 Kota Bandung terancam ditutup karena kekurangan peserta didik. Hal ini membuat resah orang tua peserta didik dan staf pengajar. Telebih ini adalah satu-satunya SDN di Kota Bandung yang menerima siswa inklusi.
“Kami mendengar kabar bahwa gedung sekolah ini, akan digantikan oleh SMP,” ujar salah seorang orang tua siswa Devitri beberapa waktu lalu.
Devi mengatakan, dirinya sudah menyekolahkan dua orang anaknya di sini. Salah satu diantaranya merupakan siswa inklusi. Sementara anak keduanya murid normal. Menurut Devi, dikenalnya SDN Putraco 206 sebagai sekolah inklusi, karena semua SD Negeri di Bandung merekomendasikan SDN Putraco kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Dengan kabar akan gedung SDN Putraco akan digunakan oleh SMP Negeri, tenntu menjadikannya cemas. Terlebih, dikabarkan siswanya akan disebar di sekolah negeri lain.
‘Saya mempercayakan kedua anak saya bersekolah di sini, karena kurikulum yang baik, untuk anak berkebutuhan khusus dan siswa reguler,” terangnya.
Sementara itu, Perwakilan pengajar dari SDN Putraco Riani Ariswati mengatakan beberapa kendala yang dihadapi guru dan staf pengajar, ketika menghadapi siswa reguler dan inklusi secara bersamaan.
“Di kami, kebetulan jumah murid inklusi lebih banyak dibandingkan murid reguler. Dari 98 orang murid di kamu, hampir 60 persen diantaranya adalah murid berkebutuhan khsusus,” tambahnya.
Sayangya, hal ini tidak diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Terlebih jumah pengajar yang sangat terbatas dan tidak memiliki guru pendamping.
“Semestinya satu kelas memiliki satu orang guru penamping. Sehingga kami tidak kerepotan,” tuturnya.
Menurut Riani, di SDN Putraco jenis inklusi juga beragam, tidak seperti di SLB yang bisa dipisahkan bergantung kebutuhan siswa. Sehingga penanganannya tidak memadai. Belum lagi jumlah siswa yang sedikit, membuat guru yang tersertifikasi menjadi bingung.
“Menurut aturan, guru yang tersertifikasi, harus mengajar di kelas yang minim jumlah siswanya minimal 20 orang. Namun, di kami kan muridnya sangat sedikit, apalagi tahun ini yang juga pasti akan berkurang. Sehingga, kami jadi bingung, apakah sertifikasi kami akan dibayarkan atau tidak,” paparnya.
Riani mengatakan, ketika pihaknya mengonformasi kabar ini ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, katanya akan dilakukan sosialisasi mengenai hal ini. Kekurangan murid ini menurut Riani lantaran sistem zonasi dan adanya kekhawatiran orang.
Dukung Sekolah Tetap Berdiri
Menanggapi hal ini, anggota DPRD Kota Bandung Rendiana Awangga mengatakan, pihaknya akan membicarakan kabar ini dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Menurut Awang, awalnya pihak Disdik mengatakan, tidak akan ada penutupan SDN Putraco, namun belakangan pernyataanya, adalah akan meninjau lagi kebijakan ini.
“Yang jelas anggota dewan, semua mendukung sekolah ini tetap berdiri,” tegasnya.
Awang menyayangkan jika sekolah ini harus ditutup karena kekurangan siswa. “Seharusnya bukan ditutup, tapi disupport, dibantu promosi dan sosialisasi kepada warga,” terangnya.
Awang mengatakan, jika Pemkot Bandung merasa kekurangan bangunan untuk SMP, semestinya mencari tempat baru, jangan menggunakan bangunan SD yang sudah digunakan. Terlebih SD ini sudah digunakan untuk anak-anak inklusi.
“Apalagi lulusan dari SD ini, bisa menyesuakan diri dan berprestasi di SMP dan SMA jadi sangat sayang,” terangnya.
Untuk itu, sebagai anggota DPRD Kota Bandung Awang beserta anggota DPRD lain akan memperjuangkan nasib SDN Putraco. (Put)