BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Permainan tradisional adalah bagian integral dari budaya dan sejarah yang harus dilestarikan. Upaya melestarikannya tidak hanya penting untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk menyediakan pengalaman bermain yang sehat dan mendidik.
Kota Bandung, dengan julukan “Kota Kembang”, memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang mencakup berbagai permainan tradisional yang telah menjadi bagian penting dari masa kecil banyak generasi.
Namun, dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, banyak permainan tradisional khas Bandung mulai ditinggalkan oleh anak-anak.
Permainan tradisional mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja sama, sportivitas, kreativitas, dan keterampilan fisik yang tidak selalu didapatkan dari permainan digital.
Oleh karena itu, peran orang tua, pendidik, dan komunitas sangat vital dalam mengenalkan dan menghidupkan kembali permainan tradisional ini.
Dengan upaya bersama, generasi muda Bandung dapat mengenal dan menghargai warisan budaya lokal yang kaya.
Berikut adalah beberapa permainan tradisional khas Kota Bandung yang kini jarang dimainkan, dilansir dari situs resmi Pemkot Bandung:
Sondah, atau engklek, adalah permainan lompat-lompatan di atas gambar kotak-kotak yang digambar di tanah. Anak-anak melompat dengan satu kaki ke kotak-kotak tersebut, mengambil batu, dan kembali tanpa menyentuh garis. Permainan ini melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh anak.
Galasin, atau gobak sodor, melibatkan dua tim yang bertugas menjaga garis agar tidak dilewati tim lawan. Permainan ini mengajarkan strategi, kerjasama tim, dan ketangkasan, meskipun kini lebih banyak anak-anak yang memilih permainan digital ketimbang berlarian di lapangan terbuka.
Boy-boyan menggunakan bola dan tumpukan batu. Satu tim melempar bola untuk merobohkan tumpukan batu, sementara tim lain berusaha menjaga dan menyusun kembali tumpukan jika jatuh. Permainan ini mengajarkan kerjasama dan strategi dalam kelompok.
Bentengan adalah permainan kejar-kejaran di mana setiap tim memiliki “benteng” yang harus dijaga. Tujuannya adalah menangkap pemain lawan dan membawa mereka ke benteng sendiri. Permainan ini melatih kecepatan, kelincahan, dan kerjasama tim.
Dalam permainan ular naga, sekelompok anak membentuk barisan dan berpegangan pada pinggang teman di depannya, membentuk ular. Anak yang bertindak sebagai kepala ular mengarahkan gerakan, sementara yang lain mengikuti dan berusaha agar ekor tidak terlepas. Permainan ini penuh keceriaan dan mengajarkan koordinasi serta kerja sama.
Dengan melibatkan generasi muda dalam permainan tradisional, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan fisik yang bermanfaat. (han)
WWW.PASJABAR.COM -- Timnas Indonesia memastikan satu tiket ke babak semifinal sebagai Juara Grup B ASEAN…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Shafira Aziz, atau yang kerap dipanggil Fira, adalah seorang gadis berasal dari Bandung…
WWW.PASJABAR.COM -- Yunus Nusi, Sekertaris Jendral PSSI mengatakan jika proses naturalisasi calon pemain Timnas Indonsia…
WWW.PASJABAR.COM -- Beberapa pemain keturunan Indonesia yang berkiprah di luar negeri dengan posisi striker jadi…
WWW.PASJABAR.COM -- Kritik keras naturalisasi terhadap pemain keturunan yang dilakukan Timnas Indonesia, Anggota Komisi X…
WWW.PASJABAR.COM -- Mina Bonino, yang merupakan pacar Federico Valverde, mengamuk usai Real Madrid kalah dari…