BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Hendry Yoseph Nainggolan, Sp.JP, FIHA, menjelaskan bahwa henti jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berbeda meskipun sering dianggap sama oleh masyarakat.
“Henti jantung dan serangan jantung itu berbeda. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terganggu secara mendadak, sementara pasien biasanya masih sadar,” ujar Hendry dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan pada Rabu (14/8/2024) kemarin, dikutip dari Antara News.
Hendry menambahkan bahwa gejala serangan jantung bisa muncul secara mendadak, seperti nyeri dada yang terasa seperti tertindih benda berat, serta bisa disertai dengan berdebar-debar atau sesak napas.
Sebaliknya, henti jantung adalah kondisi yang lebih mengancam nyawa, di mana jantung berhenti karena gangguan irama jantung yang akut dan berat.
Pada pasien henti jantung, biasanya sudah tidak sadar dan tidak teraba nadinya.
Oleh karena itu, pertolongan pertama untuk henti jantung melibatkan pemberian kompresi dada atau CPR (cardiopulmonary resuscitation).
“Pastikan area sekitar pasien aman. Letakkan pasien di permukaan yang keras dan stabil, dan cek pembuluh darah di lehernya dalam waktu maksimal 10 detik,” jelas Hendry. (han)