BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Bio Farma dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso telah menandatangani perjanjian kerja sama untuk melakukan penelitian surveilans carrier meningokokus pada jamaah umrah di Jakarta dan Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk memantau dan mendeteksi dengan lebih baik penyakit meningitis meningokokus di kalangan jamaah umrah di Indonesia.
Penandatanganan perjanjian ini dilakukan oleh Suharta Wijaya, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Bio Farma Group, dan dr. Alvin Kosasih, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dengan didampingi oleh Direktur Utama Bio Farma Group, Shadiq Akasya, serta Direktur Medis & Hubungan Kelembagaan Bio Farma Group, Sri Harsi Teteki, bersama jajaran lainnya.
Acara ini berlangsung di kantor perwakilan Bio Farma di Jakarta, dan juga dihadiri oleh Yudi Pramono MARS, Plt. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI.
Shadiq Akasya, Direktur Utama Bio Farma Group, menyatakan bahwa Bio Farma selalu berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif dalam menjaga kesehatan masyarakat Indonesia.
“Sebagai perusahaan di bidang life science, kami ingin turut serta menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya melalui pengadaan vaksin. Kami berharap penelitian ini dapat mendukung kebijakan Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah,” ujarnya.
Meningitis meningokokus, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis, adalah penyakit yang dapat menyebabkan radang selaput otak dan sumsum tulang belakang, serta berpotensi menyebabkan kerusakan saraf hingga kelumpuhan.
Saat ini, belum ada surveilans yang memadai untuk mendeteksi kejadian meningitis meningokokus pada jamaah umrah di Indonesia.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Alvin Kosasih, menegaskan dukungan penuh RSPI dalam penelitian ini sebagai bagian dari komitmen rumah sakit dalam penganggulangan penyakit.
“RSPI siap mendukung kegiatan penelitian ini dan berharap kerja sama ini terus berlanjut dalam penelitian-penelitian berikutnya,” kata Alvin.
Sementara dr. Yudi Pramono, Plt. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, menambahkan bahwa hasil penelitian ini akan memperkuat kebijakan vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah dan pentingnya sosialisasi terkait manfaat vaksinasi tersebut.
Diharapkan, penelitian ini akan membantu upaya pencegahan dan pengendalian penyakit meningitis meningokokus di kalangan jamaah umrah di Indonesia, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam menjamin kesehatan dan keselamatan para jamaah.
Pada tahun 2016, Indonesia mencatat 78.018 kasus meningitis dan 4.313 kematian akibat penyakit ini, menjadikannya negara dengan kasus dan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara.
Jumlah kasus suspek meningitis pada tahun 2015, 2016, dan 2017 masing-masing adalah 339, 279, dan 353.
Data dari Vemela 2021 menunjukkan bahwa angka kejadian meningitis pediatrik di Indonesia terus meningkat dengan tingkat kematian mencapai 18-40%. (*/jbe)