HEADLINE

Imperialisme Baru

ADVERTISEMENT
Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si. (foto: pasjabar)

Oleh: Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si, Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan (Imperialisme Baru)

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Masa lalu, ketika bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris dan Prancis mengirim kapal-kapal mereka ke berbagai penjuru dunia untuk menaklukan dan menguasai wilayah-wilayah baru. Mereka mendirikan koloni di Afrika, Asia dan Amerika, memaksakan kekuasaan mereka, dan mengeksploitasi sumber daya alam serta tenaga kerja lokal untuk keuntungan mereka. Inilah yang kita sebut sebagai kolonialisme klasik. Dalam kolonialisme ini, penguasaan wilayah fisik dan pengendalian langsung atas pemerintahan di negara jajahan menjadi ciri utamanya.

Namun, di zaman modern ini, bentuk kontrol seperti itu tidak lagi populer atau bahkan mungkin dilakukan dengan cara yang sama. Negara-negara kuat tidak lagi mengirim tentara untuk menduduki tanah-tanah baru. Sebagai gantinya, mereka menggunakan cara-cara yang lebih halus dan canggih untuk mengendalikan negara-negara lain ini yang disebut sebagai imperialisme baru.

Salah satu contoh nyata dari imperialisme baru adalah bagaimana perusahaan-perusahaan multinasional besar dari negara maju menguasai ekonomi negara-negara berkembang. Alih-alih mengambil alih tanah secara langsung, mereka masuk melalui pintu ekonomi. Perusahaan-perusahaan ini menanamkan investasi besar di negara-negara tersebut, tetapi dengan syarat-syarat yang bisa menguntungkan mereka. Misalnya, mereka bisa mendapatkan akses ke sumber daya alam dengan harga sangat murah atau mengekspor keuntungannya kembali ke negara asal mereka. Sementara negara tuan rumah hanya mendapatkan sedikit manfaat.

Contoh yang paling nyata adalah bagaimana negara-negara berkembang sering kali terjebak dalam utang kepada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF atau Bank Dunia. Negara-negara ini dipaksa untuk menerima bantuan keuangan dengan syarat harus mengikuti kebijakan ekonomi tertentu sebenarnya tidak menguntungkan rakyat mereka. Akibatnya, kendali ekonomi negara-negara ini praktis berada di tangan negara-negara kuat yang memberikan pinjaman tersebut. Negara-negara berkembang ini mungkin tampak merdeka secara politik, tetapi kebijakan ekonomi mereka sangat dipengaruhi, bahkan dikendalikan, oleh kekuatan luar.

Tampak dalam Kontrol Budaya

Selain kontrol ekonomi, imperialisme baru juga tampak dalam bentuk kontrol budaya. Budaya global yang didominasi oleh negara-negara kuat, seperti Amerika Serikat, menyebar ke seluruh dunia melalui media, film, musik dan produk-produk konsumen. Contohnya, makanan cepat saji dari Amerika, seperti burger dan soda. Kini ada di hampir setiap sudut dunia, bahkan di negara-negara yang memiliki budaya kuliner tradisional yang kaya. Film-film Holywood mendominasi bioskop-bioskop di seluruh dunia, dan gaya hidup serta nilai-nilai Barat menjadi sesuatu yang dianggap keren dan modern, meskipun seringkali tidak sesuai dengan budaya lokal.

Dalam banyak kasus, masyarakat di negara-negara berkembang mulai meninggalkan tradisi dan nilai-nilai lokal mereka demi mengikuti budaya asing yang dianggap lebih maju. Ini adalah bentuk lain dari kontrol yang tidak terlihat budaya lokal perlahan-lahan digantikan oleh budaya asing, menciptakan ketergantungan yang mendalam pada produk dan nilai-nilai negara lain.

Jadi, imperialisme baru bukan tentang penguasaan tanah dan wilayah, tetapi tentang bagaimana negara-negara kuat menggunakan pengaruh ekonomi dan budaya untuk mengendalikan negara-negara lain. Ini adalah bentuk kekuasaan yang lebih halus, tetapi tetap sangat efektif dalam menjaga dominasi global. Di bawah permukaan kata-kata manis tentang kerja sama internasional dan globalisasi, imperialisme baru terus bekerja, menciptakan dunia yang semakin tidak adil dan penuh dengan ketidaksetaraan. (han)

Hanna Hanifah

Recent Posts

Sustainability Bond bank bjb Oversubscribed Hingga 4,66 Kali

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…

11 jam ago

Sengit! Persib Kandaskan Borneo FC Lewat Gol Ciro Alves

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…

13 jam ago

Cucun Syamsurijal Laporkan Anggota DPRD Kab. Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…

13 jam ago

Cucun Syamsurijal: Pilkada Ibarat Sepak Bola

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…

14 jam ago

Peluang Emil Audero di Timnas Indonesia Kata Erick Thohir

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…

15 jam ago

Insting Shin Tae-yong Terbukti di Laga Kontra Arab

WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…

16 jam ago