BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Bio Farma, perusahaan terkemuka di bidang produksi dan distribusi vaksin di Indonesia, resmi menjalin kerja sama dengan Serum Institute of India (SII) dalam pengembangan produk diagnostik tuberkulosis (TB) Cy-Tb.
Perjanjian kerja sama ini ditandatangani pada 25 Januari 2025 di India oleh Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, dan Deputy Director SII, Prasen Adya.
Serta disaksikan oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, Komisaris Utama Bio Farma Tugas Ratmono, dan Executive Director SII, Parag Deshmukh.
Kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen Bio Farma dalam mendukung program pemerintah.
Untuk mencapai target eliminasi TB nasional pada 2030, sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Penandatanganan perjanjian ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan Presiden RI ke India. Dalam rangka Upacara Perayaan Hari Republik India 2025, yang turut dihadiri Menteri Kesehatan RI.
Berdasarkan laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global TB Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan kasus TB terbanyak di dunia setelah India. Dengan jumlah kasus yang terus meningkat sejak 2020 hingga 2023.
Sebagai langkah strategis, kerja sama antara Bio Farma dan SII dalam pengembangan Cy-Tb diharapkan dapat mempercepat eliminasi TB di kedua negara.
Produk diagnostik ini merupakan skintest untuk mendeteksi tuberkulosis laten dengan profil yang lebih unggul dibandingkan PPD RT23 yang saat ini digunakan di Indonesia.
Kolaborasi yang Terus Terjalin
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menegaskan bahwa kemitraan antara Bio Farma dan SII telah berlangsung sejak lama dan terus berkembang.
“Kolaborasi kami dengan SII dimulai pada tahun 2011 melalui ekspor bulk polio ke SII. Yang kemudian diproduksi menjadi finished product untuk memenuhi kebutuhan vaksin polio secara global. Hingga saat ini, hubungan kerja sama masih berlanjut dengan memperkuat portofolio yang mencakup vaksin BCG, vaksin MR, Bulk Hepatitis B, vaksin pentavalen, vaksin heksavalen, serta vaksin malaria yang saat ini dalam tahap registrasi. SII merupakan strategic partner Bio Farma,” ujarnya.
Lebih lanjut, Shadiq menyoroti pentingnya kolaborasi strategis dalam menghadapi tantangan kesehatan global, termasuk upaya imunisasi nasional.
“Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam program imunisasi dengan memperkenalkan 14 antigen vaksin ke dalam Program Imunisasi Nasional (PIN). Kami bangga bahwa Bio Farma saat ini memasok 13 antigen vaksin tersebut. Dengan 9 diproduksi di dalam negeri dan 4 antigen vaksin lainnya diimpor, termasuk dari SII. Ke depan, kami sangat antusias dengan rencana dimasukkannya vaksin heksavalen ke dalam Program Imunisasi Nasional. Yang akan memperkuat cakupan imunisasi secara menyeluruh,” tambahnya.
Shadiq juga menegaskan komitmen Bio Farma untuk terus memperkuat kemitraan dengan SII, tidak hanya dalam ekspor produk jadi dan bulk. Tetapi juga dalam penelitian, pengembangan, serta transfer teknologi untuk produksi vaksin.
“Di Bio Farma, kami berkomitmen untuk memperkuat kemitraan dengan SII. Di luar ekspor produk jadi dan bulk, kami juga ingin mengeksplorasi peluang. Dalam penelitian dan pengembangan serta transfer teknologi untuk produksi,” tutupnya.
Selain kerja sama dalam pengembangan diagnostik TB, Bio Farma juga tengah menjajaki pengembangan vaksin rBCG atau vaksin newTB. Yang diharapkan dapat digunakan pada usia dewasa untuk meningkatkan imunitas terhadap tuberkulosis. Kehadiran vaksin ini diharapkan dapat memperkuat program manajemen TB di Indonesia.
Upaya Bio Farma dalam eliminasi TB bukan hanya langkah strategis di bidang kesehatan. Tetapi juga bagian dari pencapaian Asta Cita, dengan fokus pada pencegahan, inovasi, dan kolaborasi.
Melalui langkah ini, Bio Farma berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan berdaya saing secara global. (*/han)