WWW.PASJABAR.COM — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini mengusulkan ide kontroversial untuk menginvasi dan mengalihkan kendali Jalur Gaza ke AS, serta memindahkan paksa warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut ke negara-negara Arab seperti Yordania dan Mesir.
Usulan ini langsung mendapat penolakan keras dari banyak negara Arab, organisasi internasional, dan kalangan masyarakat global yang menyuarakan hak-hak Palestina.
Robert Inlakesh, seorang jurnalis ternama dan pakar Timur Tengah, menilai kemungkinan usulan Trump untuk terealisasi sangat kecil.
Menurut Inlakesh, ide tersebut lebih merupakan langkah untuk mempertahankan koalisi sayap kanan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Ide itu juga untuk menutupi kegagalan Israel dalam mengalahkan Hamas di Gaza.
Selain itu, ia menduga rencana ini merupakan bagian dari upaya untuk memperbesar ekspansionisme Israel di wilayah tersebut.
JIka AS nekat menginvasi Gaza
Dalam kolom opini yang dipublikasikan di Palestine Chronicle, Inlakesh menjelaskan bahwa jika AS benar-benar melancarkan invasi untuk menguasai Gaza, mereka akan menghadapi kesulitan besar.
AS perlu melakukan invasi berskala penuh untuk mewujudkan rencana tersebut, yang bisa memicu ketegangan besar dan dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Palestina.
Selain itu, sejumlah pihak akan menganggap tindakan tersebut sebagai upaya pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
Inlakesh mengungkapkan bahwa meskipun Israel sudah melakukan berbagai serangan besar di Gaza, mereka masih gagal mencapai tujuan mereka, yaitu menghancurkan Hamas.
Bahkan, tentara Israel mengalami kesulitan dalam menghadapi perlawanan dari kelompok-kelompok perlawanan Palestina yang menggunakan metode perang gerilya.
Dalam pertempuran-pertempuran tersebut, tentara Israel harus berhadapan dengan taktik sergapan dan perlawanan yang intens dari pejuang Palestina.
Lebih lanjut, jika AS memutuskan untuk melakukan invasi besar-besaran ke Gaza, mereka harus mengerahkan pasukan dalam jumlah besar, yang kemungkinan bisa mencapai 150.000 tentara.
Hal ini memerlukan persiapan yang matang dan biaya yang sangat tinggi, diperkirakan mencapai ratusan miliar dolar.
Tidak ada jaminan berhasil
Namun, Inlakesh juga menekankan bahwa meskipun AS mengerahkan pasukan besar, tidak ada jaminan bahwa mereka akan berhasil, mengingat kemampuan Hamas yang sangat terlatih dalam bertahan dan berperang di medan yang sulit.
Stabilitas terganggu
Tindakan ini juga bisa mempengaruhi stabilitas negara-negara sekitar Gaza, terutama Mesir dan Yordania.
Mesir, misalnya, secara diam-diam mengungkapkan bahwa pemindahan paksa warga Gaza ke wilayahnya bisa mengubah sikap negara tersebut terhadap normalisasi hubungan dengan Israel.
Spekulasi muncul bahwa Mesir bahkan mungkin mempertimbangkan untuk melawan Israel jika terjadi ketegangan yang lebih besar di kawasan tersebut.
Begitu juga dengan Yordania, yang bisa saja mengambil langkah serupa.