BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Pasundan (DKV Unpas), Rafly Rakarazi, S.Ds., menegaskan bahwa kehadiran AI dalam dunia desain tidak bisa dihindari, tetapi juga tidak perlu ditakuti.
Menurut Dosen DKV Unpas ini, AI sebaiknya dijadikan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti kreativitas manusia.
Kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin pesat dan mulai digunakan dalam berbagai bidang, termasuk desain grafis.
Namun, apakah AI dapat sepenuhnya menggantikan peran seorang desainer grafis?
“Pertama kali munculnya komputer juga sempat menimbulkan kekhawatiran bagi para desainer grafis, arsitek, dan profesi kreatif lainnya. Hal yang sama terjadi saat ini dengan kemunculan AI,” ujar Rafly, dilansir dari unpas.ac.id.
Ia membandingkan fenomena AI dengan peralihan dari kamera analog ke kamera digital/DSLR.
Dahulu, kamera analog banyak diminati, tetapi ketika kamera digital muncul, orang lebih memilihnya karena lebih praktis.
Rafly menekankan bahwa AI hanyalah alat (tools) dan tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar baru.
Selain itu, AI tidak mengenal konsep hak cipta karena hanya mampu mengolah data dan gambar yang telah ada sebelumnya.
“AI tidak bisa berimajinasi. AI hanya mampu mengolah dan mengombinasikan ide atau gambar yang sudah ada, seperti proses kolase. AI bukan kreator sejati, tetapi lebih sebagai alat modifikasi dari karya yang telah ada,” jelasnya.
Dosen muda Unpas ini juga menegaskan bahwa AI saat ini masih berada pada tahap awal pengembangan dalam dunia desain, yang hanya mampu menghasilkan karya yang sekadar bagus, menarik, dan estetis.
“Setiap perkembangan teknologi bertujuan untuk mempermudah dan menyempurnakan pekerjaan manusia. AI hadir dalam konteks ini, bukan untuk menggantikan kreativitas manusia,” katanya.
Oleh karena itu, Rafly berpesan kepada para desainer dan seniman untuk tetap menjunjung tinggi orisinalitas dan kreativitas mereka.
“Jadilah desainer atau seniman yang unik dan autentik. Dengan begitu, kita tidak perlu takut akan kehadiran AI, karena keaslian karya manusia tetap tidak tergantikan,” tutupnya. (han)