“Habis pulang kerja, di sana masih bisa dilewati kendaraan, di sini sudah tidak bisa. Sangat terganggu kalau mau kerja,” kata Yuyun, seorang pekerja industri.

Selain menutup akses jalan, Sungai Citarum yang meluap juga merendam permukiman warga di tiga kecamatan: Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.
Di Kampung Babakan Leuwi Bandung, Desa Citeureup, Dayeuhkolot, banjir mencapai 1,5 meter, memaksa 1.200 jiwa dari enam RT terdampak.
Banyak warga harus menggunakan perahu kayu untuk beraktivitas. Sebagian warga memilih mengungsi ke rumah saudara yang tidak terdampak banjir, sementara yang tetap bertahan harus menghadapi air yang terus menggenang.
Menurut Tini, seorang warga terdampak, banjir datang saat berbuka puasa dan terus naik hingga dapur rumahnya tergenang.
“Air terus naik sampai tidak bisa masak untuk sahur,” ujarnya.
Ketua RW setempat, Yomi Tri, menyatakan bahwa air naik sangat cepat. “Kemarin hujan deras, airnya datang dari mana-mana, akhirnya kita terdampak di sini,” katanya.
Banjir ini tidak hanya merendam permukiman, tetapi juga menghambat akses pekerja pabrik yang biasa melintasi daerah tersebut.
Sejumlah kendaraan yang nekat menerobos banjir mengalami mati mesin, membuat lalu lintas semakin macet.
Warga berharap pemerintah segera bertindak dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengatasi banjir, mengingat kejadian serupa sering terjadi setiap kali hujan deras mengguyur Bandung Raya. (fal)