WWW.PASJABAR.COM — Timnas Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 saat bertandang ke markas Australia pada 20 Maret 2025. Pertaarungan ini akan menjadi laga krusial panggung pembuktian bagi dua pelatih, Patrick Kluivert dan Tony Popovic.
Indonesia memasuki laga krusial ini dengan nahkoda baru. Patrick Kluivert baru saja mengambil alih kursi pelatih menggantikan Shin Tae-yong, yang telah memberikan dampak signifikan bagi Tim Garuda. Kehadiran Kluivert membawa harapan baru, tetapi juga tantangan besar untuk menunjukkan bahwa dirinya memang layak menempati posisi ini. Debutnya di pertandingan besar melawan Australia akan menjadi ujian pertama yang harus dilaluinya dengan baik.
Di sisi lain, Tony Popovic juga berada dalam tekanan besar. Ditunjuk sebagai pelatih Australia sejak September 2024, Popovic telah menjalani empat laga bersama Socceroos. Namun, hasil yang didapat sejauh ini belum cukup menjanjikan. Oleh karena itu, laga melawan Indonesia bisa menjadi titik balik bagi karier kepelatihannya di level internasional.
Popovic Punya Pengalaman Lebih Banyak
Sebagai mantan pemain, baik Popovic maupun Kluivert memiliki rekam jejak yang cukup mentereng. Kluivert dikenal sebagai penyerang tajam yang pernah bermain di beberapa klub besar Eropa, sedangkan Popovic adalah bek tengah yang cukup tangguh. Keduanya bahkan pernah bertemu di lapangan saat bermain di Premier League.
Namun, jika menilik karier kepelatihan, Popovic tampak lebih unggul dalam hal pengalaman. Pria berusia 51 tahun ini telah menangani berbagai klub, seperti Western Sydney Wanderers, Karabukspor, Perth Glory, AO Xanthi, dan Melbourne Victory. Sementara itu, Kluivert memulai karier kepelatihannya dari posisi asisten, termasuk pernah bekerja di bawah Louis van Gaal di Timnas Belanda. Sebagai pelatih kepala, ia pernah menangani Twente U-21, Ajax U-19, Timnas Curacao, dan Adana Demirspor.
Gelar Juara Jadi Pembeda, tapi…
Jika berbicara tentang pencapaian, Popovic memiliki keunggulan dengan dua gelar juara yang pernah diraihnya. Pada musim 2013/2014, ia membawa Western Sydney Wanderers meraih trofi Liga Champions Asia. Kemudian, pada musim 2014/2015, ia memenangkan Australian Cup bersama Melbourne Victory.
Sebaliknya, Kluivert belum memiliki catatan prestasi yang mengesankan sebagai pelatih kepala. Bahkan, rekam jejak salah satu asistennya, Alex Pastoor, lebih mencolok dibanding dirinya. Pastoor telah membuktikan kemampuannya dengan beberapa pencapaian yang cukup membanggakan.
Namun, keunggulan trofi Popovic juga tidak bisa menjadi tolok ukur mutlak. Dua gelar yang dimilikinya diraih lebih dari satu dekade lalu, dan sejak saat itu, ia belum lagi membawa timnya meraih trofi mayor. Artinya, Popovic pun masih harus membuktikan bahwa dirinya masih layak memimpin tim sekelas Australia di level internasional.
Laga 20 Maret nanti akan menjadi penentu bagi kedua pelatih. Kluivert ingin membuktikan bahwa ia adalah pilihan tepat untuk membawa Indonesia melangkah lebih jauh, sementara Popovic harus menjawab kritik atas performa Australia yang belum optimal. Pertandingan ini akan menjadi ujian besar bagi keduanya, dan hasilnya bisa menentukan perjalanan mereka ke depannya.