BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Seni selalu menjadi lebih dari sekadar hiburan. Ia adalah refleksi zaman, cermin keresahan, dan nyala perlawanan. Dari denting nada yang menyuarakan ketidakadilan hingga prosa yang membakar semangat perubahan, musik dan sastra telah lama menjadi bagian dari perjuangan sosial.
Diskusi ini menjadi sorotan dalam acara Aksara Ngabuburead: Bedah Musik & Sastra – Musik dan Sastra Perlawanan, yang akan berlangsung pada Selasa, 25 Maret 2025 , pukul 15.00-16.00 WIB, disiarkan langsung melalui Instagram @sindikasi.aksara.
Acara ini dipandu oleh Foggy FF, seorang novelis, cerpenis, sekaligus salah satu pendiri Sindikasi Aksara. Musik bukan hanya latar dalam karyanya, tetapi juga inspirasi utama, terutama dari band seperti Efek Rumah Kaca dan Navicula. Selain menulis fiksi, ia juga aktif menulis tentang isu kesehatan mental dan kesetaraan gender , menjadikan literasi sebagai medium advokasi.
Sebagai narasumber utama, hadir Idhar Resmadi, seorang dosen, penulis, dan peneliti musik, yang telah lama berkecimpung dalam jurnalisme musik, dengan jejak di Ripple Magazine, Trax, Rolling Stone Indonesia, hingga Jakartabeat.net. Dengan ketertarikannya pada Efek Rumah Kaca dan Pure Saturday, ia memiliki wawasan mendalam tentang bagaimana musik indie sering kali menjadi suara bagi mereka yang tidak terdengar.
Musik dan Sastra: Medium Perlawanan Sejak Dulu
Dari puisi-puisi Wiji Thukul yang menggugah hingga lirik-lirik lagu yang menantang status quo, diskusi ini akan membedah bagaimana seni telah lama menjadi media kritik sosial dan alat perjuangan.
Jika seni adalah bentuk perlawanan, maka diskusi ini adalah ruang untuk memahami bagaimana ia bekerja. Jangan lewatkan Aksara Ngabuburead sore ini dan ikut menjadi bagian dari obrolan yang menghidupkan semangat perubahan. (tiwi)