BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Di tengah era digital yang semakin maju, literasi bukan lagi sekadar kemampuan membaca dan menulis. Ada dimensi yang lebih luas, dari literasi digital hingga literasi keuangan, yang menentukan seberapa siap generasi muda menghadapi tantangan masa depan.
Bara Athaya Maghribi, seorang mahasiswa Pendidikan Sosiologi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), memahami hal ini sejak dini. Dengan semangat membara, ia tak hanya menekuni dunia akademik, tetapi juga aktif menggerakkan budaya literasi di Kota Bandung.
Sebagai Duta Baca Kota Bandung 2022, Bara berupaya menjadi penggerak nyata.
“Waktu itu kita baru memasuki era new normal setelah pandemi COVID-19. Aku merasa literasi harus punya wajah baru, harus ada sosok yang menggerakkan masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya membaca dan memahami informasi,” ungkapnya.
Bara percaya bahwa literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa memilah dan memahami informasi yang benar di era digital.
Dengan pemikiran itu, ia berusaha menjadi contoh bagi anak muda lainnya, baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat luas. Ia ingin Kota Bandung tak hanya dikenal sebagai kota kreatif, tetapi juga sebagai kota dengan tingkat literasi yang tinggi.
Dari Kebiasaan Membaca hingga Menjadi Penggerak Literasi
Ketertarikan Bara pada dunia literasi berawal dari kebiasaan membaca.
“Kalau gak membaca, kita jadi gak tahu apa-apa. Buku itu pusat ilmu pengetahuan,” katanya. Kebiasaan itu kemudian berkembang menjadi panggilan hati untuk berbagi ilmu dengan orang lain. Bara pun aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan yang berkaitan dengan literasi.
Perjalanannya tidak mudah, tetapi semangatnya terus terjaga. Bara berhasil meraih Juara II Duta Baca Jawa Barat 2022, sebuah pencapaian yang semakin mengukuhkan perannya sebagai sosok yang peduli terhadap literasi. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Duta Baca Kota Bandung (2023-2025) dan Fasilitator Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (2024-2026). Semua ini menjadi bukti bahwa literasi bukan sekadar hobi baginya, tetapi sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Sebagai mahasiswa di semester akhir, Bara tak hanya fokus menyelesaikan studinya, tetapi juga terus produktif dalam berbagai kegiatan. Baginya, diam dan tidak melakukan apa-apa adalah sesuatu yang disayangkan.
“Sekarang kita berada di era di mana akses terhadap informasi dan fasilitas semakin banyak. Kalau kita tidak memanfaatkannya, kita akan tertinggal,” ujarnya.
Ia menyadari bahwa persaingan di dunia kerja semakin ketat, dan masa muda adalah waktu terbaik untuk berinvestasi dalam pengalaman dan keterampilan. Bara juga mengikuti Program MSIB (Magang Studi Independen Bersertifikat) di Schoters by Ruangguru, sebuah langkah yang semakin memperkaya wawasannya tentang dunia pendidikan dan literasi.
Di luar aktivitasnya di dunia literasi, Bara juga memiliki hobi yang tak banyak diketahui orang: menyanyi. “Walaupun gak tahu suara aku bagus atau enggak, tapi aku suka menyanyi,” katanya sambil tertawa.
Namun, saat ditanya tentang cita-citanya, jawabannya justru cukup mengejutkan. “Aku pengen jadi pengusaha,” ujarnya mantap.
Bagi Bara, literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga memahami bagaimana dunia bekerja, termasuk dunia bisnis. Cita-citanya menjadi pengusaha sejalan dengan semangatnya dalam memperjuangkan literasi: ia ingin membangun sesuatu yang bermanfaat dan bisa memberikan dampak bagi banyak orang.
Sebagai Ketua Paguyuban Duta Baca, Bara terus berupaya meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kota Bandung. Ia percaya bahwa literasi yang baik akan melahirkan generasi yang lebih kritis, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
“Bagi saya literasi bukan sekadar aktivitas, melainkan sebuah perjuangan untuk masa depan yang lebih cerah,” pungkasnya. (tiwi)