BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Laboratorium Uji Inderawi dan Sensori Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan (Unpas), bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan Fakultas Teknik (FT), menyelenggarakan seminar nasional bertema “Kebutuhan Uji Inderawi dalam Inovasi Produk Pangan Indonesia: Integrasi Kebijakan, Riset, dan Praktik Industri” pada Selasa (20/5/2025).
Kegiatan yang diikuti 371 peserta tersebut berlangsung di Aula Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Gedung Rektorat Kampus II Unpas Tamansari. Dan dibuka secara langsung oleh Rektor Unpas Prof. Dr. H. Azhar Affandi, S.E., M.Sc.
Dalam sambutannya, Rektor menegaskan pentingnya seminar ini sebagai jembatan. Antara akademisi dan pelaku industri dalam meningkatkan mutu produk pangan nasional.
“Preferensi konsumen terhadap produk pangan sangat ditentukan oleh nilai gizi, rasa, aroma, dan penampilan. Oleh karena itu, uji inderawi memegang peranan krusial dalam menentukan keberhasilan produk di pasaran,” ujarnya, dilansir dari unpas.ac.id.
Rektor juga mendorong kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, dan industri. Serta mendukung pengembangan laboratorium uji inderawi sebagai sarana strategis. Untuk menciptakan produk pangan yang berdaya saing.
Dekan FT Unpas menambahkan bahwa uji inderawi merupakan “jantung” dari inovasi produk pangan.
“Dengan riset dan kolaborasi, mari kita bangun pangan bercita rasa Indonesia,” ujarnya.
Seminar menghadirkan tiga narasumber utama:
- Prof. Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.S. – Mantan Menteri Pertanian RI (2004–2009)
- Prof. Dr. Ir. H. Yudi Garnida, M.P. – Wakil Rektor dan Kepala Laboratorium Uji Inderawi Unpas
- Dr. Ir. Syarif Assalam, M.T. – Board of Director PT Bangun Rasaguna Lestari dan dosen FT Unpas
Moderator seminar adalah Ketua Prodi Teknologi Pangan Unpas, Jaka Rukmana, S.T., M.T.
Sensory Evaluation: Faktor Penentu Daya Saing Produk
Dalam pemaparannya, Prof. Anton mengangkat pentingnya sensory evaluation atau evaluasi sensorik dalam industri pangan.
“Penampilan, tekstur, dan rasa adalah kunci utama penerimaan produk. Konsumen cenderung memilih produk dengan tampilan menarik dan rasa yang menggugah selera,” tuturnya.
Sementara itu, Prof. Yudi menyoroti peran uji sensorik dalam proses inovasi dan kontrol kualitas industri makanan.
Ia menyebut lebih dari 90 persen keputusan pembelian dipengaruhi oleh tampilan visual. Dan 85 persen konsumen menyatakan visual sebagai alasan utama dalam memilih produk.
Melengkapi sesi, Dr. Syarif menegaskan bahwa evaluasi sensorik merupakan proses ilmiah yang sangat penting dalam pengembangan produk.
“Tanpa uji sensorik, produk baru berisiko tidak diterima pasar. Sensory evaluation membantu menekan risiko kegagalan sosial dan memastikan kesesuaian dengan ekspektasi konsumen,” jelasnya.
Harapan untuk Industri Pangan Indonesia
Melalui seminar ini, diharapkan lahir wawasan dan gagasan segar untuk memperkuat posisi industri pangan nasional dalam menghadapi tantangan global.
Sinergi antara riset, kebijakan, dan praktik lapangan dinilai menjadi kunci untuk menciptakan produk pangan Indonesia. Yang inovatif, unggul, dan mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional. (han)