BANDUNG BARAT, WWW.PASJABAR.COM – Semangat belajar sejumlah pelajar di Kampung Sampora, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, patut diapresiasi. Setiap hari, mereka harus mempertaruhkan nyawa demi bisa sampai ke sekolah.
Untuk menuntut ilmu di SDN Panaruban yang terletak di Kampung Cangkuang, para pelajar di Cililin ini tidak hanya menempuh perjalanan jauh. Tetapi juga harus menyeberangi aliran Waduk Saguling dengan menggunakan rakit bambu atau getek.
Jarak antara rumah para pelajar dan sekolah hanya sekitar satu kilometer jika dihitung secara garis lurus.
Namun karena terhalang oleh waduk, satu-satunya akses tercepat adalah menyeberang sejauh 120 meter menggunakan rakit tradisional.
Jika harus melalui jalur darat, jarak tempuh menjadi sangat jauh, sekitar 15 hingga 17 kilometer, dan membutuhkan waktu berjam-jam.
Rakit yang mereka gunakan bukanlah transportasi modern, melainkan susunan bambu sederhana yang dikendalikan oleh warga setempat. Para pelajar yang menyebrang biasanya didampingi oleh penjaga rakit demi keselamatan mereka.
Meskipun begitu, kondisi alat transportasi air ini tetap berisiko tinggi, terutama saat air waduk sedang tinggi atau cuaca buruk.
“Kadang-kadang deg-degan juga kalau angin besar. Tapi kalau nggak nyebrang, ya nggak bisa sekolah,” ujar Firly, salah satu pelajar SDN Panaruban yang setiap hari menyebrangi waduk.
Dodo Djalal, salah satu guru di SDN Panaruban, mengakui bahwa kondisi ini sangat memprihatinkan. “Anak-anak ini luar biasa semangatnya. Tapi kami berharap ada perhatian serius dari pemerintah supaya akses mereka lebih aman,” ungkapnya.
Kepala Desa Karang Anyar, Asep Hermawan, juga menyampaikan harapan besar agar pemerintah segera membangun jembatan penyebrangan permanen.
“Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi juga akses ekonomi dan keselamatan warga,” tegas Asep.
Masyarakat dan pelajar berharap adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk membangun infrastruktur jembatan yang layak. Sehingga anak-anak bisa belajar dengan tenang tanpa harus mempertaruhkan nyawa setiap hari. (uby)