www.pasjabar.com — Klub Eredivisie, FC Twente, tengah menuai badai kritik dari pendukungnya sendiri usai muncul laporan perekrutan bek asal Israel, Stav Lemkin, untuk menggantikan posisi Mees Hilgers, bek Timnas Indonesia yang bakal dilepas musim panas ini.
Meski Lemkin dinilai punya potensi besar, latar belakang kebangsaannya membuat suporter De Tukkers bereaksi keras hingga ancam lakukan boikot massal.
Mees Hilgers Akan Dilepas, Twente Cari Pengganti
FC Twente dikabarkan akan melepas Mees Hilgers meski sang pemain masih menyisakan satu musim dalam kontraknya. Langkah ini membuka ruang untuk mendatangkan dua bek baru, salah satunya adalah Robin Pröpper, mantan duet Hilgers yang kini membela Rangers FC.
Namun sorotan utama justru jatuh pada nama kedua: Stav Lemkin, bek Shakhtar Donetsk berdarah Israel-Spanyol yang kabarnya segera menandatangani kontrak empat tahun bersama FC Twente. Media besar Israel, Ynet, menyebut Lemkin dibeli seharga 1,5 juta euro, dan akan terbang ke Belanda minggu depan untuk merampungkan kepindahannya.
Suporter Protes Keras, Lemkin Dianggap Simbol Politik
Perekrutan Lemkin langsung memicu gelombang protes dari fans Twente, terutama karena statusnya sebagai pemain asal Israel. Di media sosial, tagar #Boikot ramai digunakan oleh pendukung yang menentang keputusan klub.
Beberapa komentar yang muncul menyinggung soal konflik geopolitik yang melibatkan Israel. Akun X (Twitter) @RvanDongen menulis, “Singkirkan semua yang berasal dari Israel. Tindakan ini memalukan!” Sementara akun @Goverttt menyebut bahwa tindakan klub seolah mendukung pihak yang melakukan pelanggaran kemanusiaan.
Twente Hadapi Dilema: Pilih Talenta atau Jaga Hubungan dengan Fans?
Situasi ini menempatkan FC Twente dalam posisi dilematis. Di satu sisi, Lemkin adalah pemain muda potensial yang pernah diminati klub-klub besar seperti Feyenoord dan Maccabi Tel Aviv. Di sisi lain, keputusan ini berisiko merusak hubungan jangka panjang dengan suporter.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari manajemen Twente menanggapi kontroversi ini. Namun jika tekanan terus meningkat, bukan tak mungkin mereka mempertimbangkan ulang proses transfer atau setidaknya memberikan klarifikasi resmi.
Yang pasti, saga transfer Stav Lemkin ini tidak hanya soal sepak bola — tapi juga memperlihatkan bagaimana olahraga bisa bersinggungan langsung dengan realitas politik dan sentimen publik global.









