BANDUNG,WWW.PASJABAR.COM— “Begitu mudah perempuan dilupakan oleh sejarah…” Pernyataan itu bukan sekadar kutipan pembuka, tapi inti dari perjuangan yang ingin diangkat oleh buku Perempuan-Perempuan Menggugat karya Esthi Susanti Hudiono dan Seruni Bodjowati.
Dalam edisi ke-72 Diskusi Buku Temu Sejarah yang digelar pada Kamis, 3 Juli 2025 pukul 20.00–21.30 WIB via Zoom, publik diajak menelusuri ulang jejak dan suara 29 tokoh perempuan yang selama ini kerap luput dalam narasi besar sejarah bangsa.
Buku ini bukan hanya karya tulis, tetapi juga perpaduan antara literasi dan seni rupa. Sebanyak 26 lukisan menggambarkan perempuan-perempuan lintas zaman yang menggugat berbagai bentuk penindasan: dari kolonialisme, feodalisme, patriarki, diskriminasi gender, hingga intoleransi. Namun, gugatan mereka bukan lewat kemarahan, melainkan melalui keberanian, karya, keteguhan hati, dan semangat perjuangan.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Aldira Alviadi, sang penulis Esthi mengajak peserta untuk menyadari bagaimana sejarah kita sering kali meminggirkan perempuan sebagai pelaku utama. Ia menyatakan bahwa membicarakan sejarah perempuan adalah bagian dari upaya membangun kesadaran kolektif atas ketidaksetaraan yang masih berlangsung hari ini.
Melalui ruang dialog yang terbuka, Temu Sejarah kembali menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya menggali masa lalu, tetapi juga menjadikannya bahan refleksi untuk membangun masa depan yang lebih adil dan setara. Diskusi ini terbuka gratis untuk umum, dan siapa pun bisa bergabung hanya dengan mendaftar melalui WhatsApp.
Tentang Temu Sejarah
Temu Sejarah adalah ruang belajar bersama lintas generasi yang membincang sejarah dari sudut pandang yang lebih kritis, inklusif, dan membumi. Melalui diskusi-diskusi buku rutin, komunitas ini mengajak publik untuk membaca sejarah bukan sekadar sebagai masa lalu, tapi sebagai bahan bakar untuk perubahan hari ini.
📌 Info dan pendaftaran:
WA: 0895-3572-55688
Format: Daftar – Diskusi Buku #72 – Nama – Domisili
Follow: @temusejarah
(tiwi)