WWW.PASJABAR.COM – Dilihat dari perjalanan seabadnya, Paguyuban Pasundan mengalami pasang surut. Adakalanya PP solid, adakalanya tercerai-berai. PP tidak selamanya guyub dan kompak. Sering bongkar pasang pengurus, dan ditinggalkan anggotanya. Dengan pasang surut itulah PP menjadi matang, dan menjadi satu-satunya organisasi Sunda bahkan nasional yang lahir pada dasawarsa kedua abad XX yang sanggup bertahan dan berjalan baik hingga saat ini.
PP mengalami masa keemasan pada periode 1930-1942 ketika posisi politiknya sangat diperhitungkan secara nasional. Tidaklah mengherankan jika hampir semua tokoh nasional asal Sunda setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, berasal dari PP. Setelah proklamasi kemerdekaan secara perlahan PP surut dan bertahan sekuat tenaga hingga hari ini dengan menanggalkan peran politik praktisnya.
Ada beberapa faktor yang membuat PP sangat solid saat itu, yakni:
- Konsep kaderisasi yang jelas
PP bisa menghasilkan pengurus yang memiliki berbagai keahlian yang diperlukan oleh zamannya, sehingga mampu mengimbangi derap laju dinamika internal dan eksternal organisasi. Secara cerdik PP melakukan dua pola kaderisasi: a) memperkuat aspirasi kesundaan pengurus dan anggota yang ada di dalam, b) menarik nonoman Sunda potensial dari luar untuk digembleng menjadi kader militan.
- Pengurus Besar dekat dengan pengurus di bawahnya dan dengan para anggota
Alamat rumah jajaran Pengurus Besar berikut nomor teleponnya selalu tercantum di dalam majalah bulanan yang diedarkan bagi semua anggota yang membayar biaya langganan. Dengan demikian, pengurus atau anggota dari pelosok pun bisa melakukan hubungan langsung (hotline) dengan Pengurus Besarnya.
- Komunikasi dua arah
Kegiatan di cabang-cabang selalu dilaporkan dan dimuat dalam majalah bulanan yang diterbitkan oleh Pengurus Besar. Dengan demikian, terjadi komunikasi dua arah, pengurus dan anggota di daerah tahu pergerakan Pengurus Besar. Demikian pula sebaliknya Pengurus Besar ikut memperhatikan pergerakan cabang-cabang. Pola komunikasi dua arah ini menghasilkan kehangatan dalam berorganisasi. Cabang dengan leluasa bisa mengajukan berbagai usulan, Pengurus Besar juga bisa segera meluruskan jika ada keputusan cabang yang dianggap kurang tepat.
- Bagian dari kegiatan besar
Paguyuban Pasundan selalu menjadi bagian dari kegiatan besar terkait kesundaan seperti Kongres Bahasa Sunda (KBS). Selain menjadi penyelenggaranya, sejumlah tokoh PP juga menjadi narasumber utama.
- Tegas kepada pengurus dan anggota
Ada ketegasan kepada pengurus dan anggota yang sudah tidak lagi memiliki komitmen untuk mengabdi. Pengurus yang tidak bisa aktif diminta mengundurkan diri dan anggota yang sudah tidak sanggup membayar iuran bulanan diminta berhenti. Mantan Pengurus Besar yang kembali ke daerah kelahirannya karena alasan pekerjaan dan lain-lain, tak segan untuk memimpin PP tingkat cabang sehingga memberi bobot pada cabang.
-
Spirit Pasundan terasa hingga ke pelosok
Isu-isu besar yang berkembang di tingkat pusat dapat tersebar ke pelosok melalui penerbitan majalah bulanan. Dengan demikian pengurus dan anggota di pelosok pun memiliki rasa percaya diri organisasi yang sama kuat dengan di pusat.
- Memberi ruang pada perempuan
PP memberi ruang pada munculnya peran kaum perempuan melalui Pasundan Istri (PASI) dan pemuda melalui Yasana Obor Pasundan (YOP).
- Pergerakan PP menyatu dalam pergerakan nasional
Suasana pergerakan nasional menyongsong kemerdekaan sangat kental mewarnai dinamika organisasi. PP berada dalam derap dan nafas yang sama dengan pergerakan nasional Indonesia. Pergerakan PP menyatu dalam pergerakan nasional. Pada awal 1930-an Pengurus PP secara aktif menyiapkan konsep Negara Indonesia jika kelak berdiri. Ketika Indonesia merdeka, kontribusi PP diakui sehingga dapat memperoleh “Pembagian kekuasaan” yang setimpal.
- Aspirasi politik PP jelas dan lugas
Aspirasi politik PP jelas dan lugas disampaikan baik ke dalam maupun ke luar organisasi. PP Nana memiliki calon untuk menempati kursi Dewan Kota, Kabupaten, Dewan Provinsi, dan Volkraad. PP memobilisasi anggotanya untuk memilih agar calon-calon yang sudah ditetapkan itu bisa terpilih.
Tantangan Paguyuban Pasundan ke depan, adalah bagaimana caranya memasukkan dinamika sosial-politik-ekonomi nasional dan internasional ke dalam program-program kerjanya. PP tidak boleh mengasingkan dirinya dari masalah nasional dan internasional, lalu mengkerdilkan fungsinya dengan hanya mengurusi Sunda atau Jawa Barat saja.
Sejarah membuktikan bahwa justru dengan mengikuti dinamika tingkat nasional dan internasional, Pengurus Besar PP bisa memobilisasi potensi kekuatan pengurus dan anggota di seluruh tingkatan. Dengan 108 sekolah menengah, empat perguruan tinggi, lembaga serta unit pendukung, cabang di semua kabupaten kota se-Jawa Barat ditambah Banten dan DKI Jakarta serta cabang-cabang di luar negeri, merupakan modal besar PP untuk kembali memainkan peran pentingnya dalam memperjuangkan aspirasi Sunda.
Itulah fondasi yang sangat mahal harganya dan tidak dimiliki oleh organisasi Sunda yang lain. Kekuatan PP sesungguhnya sangat nyata. Tinggal bagaimana cara “memainkannya” agar modal fondasi yang sudah dimiliki itu tetap kokoh, bahkan terus bertambah dan wibawa Sunda dapat diraih kembali. (han)












