BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Tiga hari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah pengrajin tiang panjat pinang di Kota Bandung, Jawa Barat, mengaku merana akibat sepinya pembeli.
Tradisi lomba panjat pinang yang biasanya menjadi salah satu perlombaan paling meriah saat perayaan 17 Agustus. Tahun ini tampaknya tak mampu mendongkrak penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Di kawasan Jalan Kiaracondong, yang dikenal sebagai salah satu sentra pengrajin tiang panjat pinang, para perajin mengeluhkan penurunan drastis jumlah pesanan.
Jika pada tahun lalu mereka bisa menjual antara 100 hingga 200 tiang setiap harinya menjelang 17 Agustus, kini jumlah tersebut anjlok menjadi hanya sekitar 25 hingga 50 tiang per hari.
Menurut Wahyu, salah seorang pengrajin tiang panjat pinang, melemahnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama penurunan penjualan.
Ia menyebut, meningkatnya biaya kebutuhan sehari-hari membuat warga mengurangi sumbangan. Untuk kegiatan perayaan HUT RI di lingkungan mereka. Akibatnya, anggaran untuk perlombaan seperti panjat pinang pun ikut dipangkas.
“Kebutuhan sekarang serba mahal, jadi iuran warga untuk lomba-lomba 17 Agustus berkurang. Imbasnya, permintaan tiang panjat pinang ikut menurun,” ungkap Wahyu.
Selain sepinya pembeli, para pengrajin juga dibebani biaya pengangkutan dan pengiriman yang meningkat. Hal ini membuat margin keuntungan mereka semakin tipis dan omzet pun berkurang.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya bisa lumayan untung, sekarang untuk nutup ongkos kirim saja susah,” tambahnya.
Meski demikian, para pengrajin tetap berharap penjualan akan meningkat di detik-detik terakhir menjelang 17 Agustus.
Tradisi panjat pinang yang sudah mengakar di tengah masyarakat masih menjadi harapan bagi mereka. Untuk mengais rezeki di momen setahun sekali ini. (uby)









