BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memastikan inflasi tetap terkendali sekaligus memperkuat langkah antisipasi di sektor pangan. Pada Agustus 2025, Kota Bandung mencatat deflasi 0,14 persen secara month-to-month, terutama akibat turunnya harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
“Alhamdulillah, kondisi inflasi di Kota Bandung cukup stabil. Beberapa kebutuhan pokok justru mengalami penurunan harga,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, saat siaran di Radio Sonata, Rabu (10/9/2025).
Secara year-on-year, inflasi Kota Bandung berada di angka 1,69 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan Jawa Barat yang mencapai 1,77 persen maupun nasional 2,31 persen. Menurut Erwin, capaian itu masih sesuai target nasional 2,5 persen ±1 persen sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31 Tahun 2024.
Erwin menegaskan, strategi pengendalian inflasi Kota Bandung berfokus pada konsep 4K: Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pun rutin memantau perkembangan harga serta mengambil langkah cepat jika muncul tanda-tanda kenaikan.
Berbagai program telah digulirkan, mulai dari Gerakan Pangan Murah, Pasar Murah, hingga operasi pasar. Upaya ini memberi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
“Selain pemerintah, kesadaran masyarakat untuk tidak panic buying juga sangat berpengaruh,” ujar Erwin.
Ia menambahkan, inflasi yang rendah memberi dampak positif bagi masyarakat maupun pelaku usaha. Daya beli tetap terjaga, biaya hidup tidak terbebani, dan pelaku usaha memperoleh kepastian dalam merencanakan bisnis.
“Investor juga akan lebih percaya diri menanamkan modalnya. Stabilitas ekonomi ini membuat Bandung semakin kompetitif sebagai tujuan investasi,” ungkapnya.
Pemanfaatan Teknologi
Untuk memperkuat stabilitas harga, Pemkot Bandung mendorong pemanfaatan teknologi informasi harga serta memperluas kerja sama dengan daerah penyuplai agar distribusi pasokan tetap lancar.
Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Kota Bandung, TB. Agus Mulyadi, menilai sektor pangan masih menjadi tantangan utama. Ia mencontohkan harga cabai, bawang, dan ayam yang rentan berfluktuasi akibat faktor cuaca maupun distribusi.
“Kota Bandung sangat bergantung pada pasokan dari luar daerah. Jika distribusi terganggu, harga kebutuhan pokok bisa langsung terdampak,” jelas Agus.
Sebagai antisipasi, Pemkot memperkuat cadangan pangan strategis sekaligus menjalin kerja sama dengan daerah penyangga. Agus menekankan, inflasi rendah sangat membantu menjaga daya beli serta mendukung tumbuhnya UMKM, pariwisata, dan sektor jasa.
Selain menjaga stabilitas harga, Pemkot Bandung juga terus mengembangkan sektor unggulan melalui pariwisata, UMKM, dan ekonomi kreatif. Sejumlah event besar digelar untuk menggerakkan perekonomian, sementara digitalisasi UMKM didorong agar produk lokal bisa menembus pasar nasional hingga internasional.
“Harapan kami inflasi tetap terkendali, sehingga masyarakat tidak terbebani. Dengan kerja sama semua pihak, Bandung bisa tumbuh menjadi kota dengan ekonomi yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Agus. (*)












