BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman bencana alam melalui Dinas Sosial, dengan menargetkan pembentukan empat Kampung Siaga Bencana (KSB) hingga akhir 2025.
Program ini diyakini menjadi benteng pertama warga dalam menghadapi risiko bencana di kawasan perkotaan, termasuk ancaman pergerakan Sesar Lembang.
Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, Yorisa Sativa, menyebutkan saat ini sudah terbentuk dua KSB di Kecamatan Mandalajati dan Ujungberung. Tahun ini, dua kawasan tambahan, yakni Cidadap dan Sukasari, akan menyusul sehingga jumlahnya genap menjadi empat.
“Idealnya setiap kecamatan memiliki Kampung Siaga Bencana. Konsepnya berbasis komunitas. Sehingga warga bisa saling mengingatkan sekaligus menjadi sistem peringatan dini jika bencana terjadi,” ujar Yorisa di Balai Kota Bandung, Selasa (16/9/2025).
Menurutnya, Bandung memiliki beragam potensi bencana. Selain gempa bumi akibat Sesar Lembang yang berdekatan dengan Kecamatan Cidadap, sejumlah wilayah juga rawan banjir, kebakaran, puting beliung, dan longsor.
Pelatihan untuk Warga
Pembentukan KSB tidak hanya berupa struktur organisasi.
Dinas Sosial bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pemadam Kebakaran serta Penyelamatan (DPMKP) Kota Bandung akan rutin memberikan pelatihan bagi warga. Mulai dari simulasi penanganan darurat, penyuluhan, hingga latihan evakuasi.
“Tujuan utamanya agar warga lebih siap. Sebelum bantuan datang, masyarakat sudah bisa mengambil langkah cepat dengan bekal pelatihan yang diberikan. Jadi mereka tidak panik, tahu harus berbuat apa, dan mampu mengurangi risiko sejak awal,” jelas Yorisa.
Ia menegaskan, kunci dari KSB adalah kemandirian komunitas. Dengan basis masyarakat, kesiapsiagaan tidak hanya bergantung pada aparat atau relawan, tetapi tumbuh dari kesadaran bersama.
Warga dilatih menghadapi kondisi darurat, mulai dari mengevakuasi keluarga, menolong tetangga, hingga menjaga lingkungan tetap aman.
“Bandung tidak hanya menghadapi potensi Sesar Lembang. Ada pula banjir, gempa kecil, kebakaran, bahkan puting beliung yang bisa datang tiba-tiba. Semua warga harus terpapar pelatihan agar siap menghadapi kondisi apa pun,” katanya.
Yorisa optimistis jumlah KSB akan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.
Harapannya, setiap kecamatan di Kota Bandung memiliki kampung siaga yang aktif dan mandiri. Sehingga sistem peringatan dini berbasis masyarakat dapat berjalan efektif sekaligus memperkuat upaya pemerintah dalam menekan dampak bencana di perkotaan. (*/put)