# Jalan Mengenali Diri
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Dulu, membaca buku bukanlah dunia Kang Al. Ia lebih akrab dengan kertas gambar dibanding lembaran buku.
Namun, sebuah pertemuan di bangku kuliah S1 dengan seorang dosen dan satu buku berjudul Berpikir Lateral karya Edward de Bono, mengubah arah hidupnya.
Dari situlah pintu menuju dunia humaniora dan filsafat terbuka lebar. Membaca kemudian menjadi candu, sekaligus jalan untuk menemukan jati diri.
Kisah inspiratif itu ia bagikan dalam KamSara Buku Kehidupan #5 bertema “Pendidikan Sebagai Jalan Spiritual dan Intelektual” yang digelar pada Kamis (25/9/2025).
Acara ini menghadirkan Alfathri Adlin (Kang Al) sebagai narasumber dengan Siti Nuzulia AP sebagai host. Diskusi berlangsung hangat, menghadirkan renungan kritis tentang makna pendidikan dan kebiasaan membaca dalam kehidupan.
Menurut Kang Al, pendidikan sejati bukan sekadar soal gelar. Ia adalah perjalanan mengenali diri, mendalami satu bidang, dan membiasakan diri membaca.
“Buku itu penuntun. Dengan membaca, kita lebih kuat menghadapi dunia. Kita tidak mudah hanyut oleh sesuatu yang viral,” ungkapnya.
Keyakinan inilah yang kelak membawanya mendirikan SMP dan SMA Al Kautsar bersama rekan-rekannya—mewujudkan mimpi tentang sekolah yang membentuk manusia seutuhnya, bukan sekadar “mesin kerja.”
Bagi Kang Al, akar persoalan pendidikan kita ada pada metode. Sekolah kerap memaksa murid menguasai banyak hal, hingga melupakan minat sejati anak.
Padahal, kata Einstein, “Setiap orang terlahir jenius. Namun jika kamu memaksa ikan memanjat pohon, kamu membuatnya merasa bodoh seumur hidupnya.”
Pendidikan seharusnya menuntun anak menemukan bidang yang dicintai, lalu mendalaminya hingga ke akar—karena di dasar setiap ilmu, kita akan menemukan Tuhan.
Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan praktis dari peserta. Apa langkah yang tepat bagi mereka yang ingin belajar, namun usia sudah melewati 50 tahun?
Jawaban Kang Al sederhana sekaligus menohok: jangan pernah malu untuk belajar. “Kehidupan itu sendiri adalah belajar. Membaca, menulis, dan terus belajar justru menjaga kita dari pikun,” ujarnya.
Pertanyaan lain datang dari seseorang yang merasa tersesat setelah 15 tahun mempelajari banyak hal, tetapi tidak ahli di bidang apa pun. Kang Al menyarankan untuk mengambil jeda dan merenung, terutama pada sepertiga malam (pukul 2–4 pagi).
“Merenung sesaat lebih berharga,” katanya, menegaskan bahwa mengenal diri adalah kunci menemukan arah.
Diskusi ditutup dengan pesan yang layak kita renungkan:
“Cari bidang yang kamu sukai, pelajari mendalam, dan kamu akan menemukan Tuhan di dasarnya. Jangan berhenti membaca, jangan berhenti belajar, biar tidak pikun.” (tiwi)
# Jalan Mengenali Diri












