www.pasjabar.com — Federasi Sepak Bola Angola (FAF) dikabarkan rela mengeluarkan dana fantastis senilai 10 juta dolar AS (sekitar Rp166 miliar) hanya untuk mendatangkan Timnas Argentina di FIFA Matchday November 2025.
Namun, langkah ambisius ini justru menuai kritik tajam dari masyarakat karena dilakukan di tengah krisis ekonomi dan kerusuhan nasional.
Laga Spesial Peringati 50 Tahun Kemerdekaan
Dilansir Sport News Africa, laga persahabatan antara Angola vs Argentina dijadwalkan berlangsung pada FIFA Matchday November 2025.
Pertandingan tersebut akan menjadi bagian dari perayaan ulang tahun kemerdekaan Angola yang ke-50.
Untuk mengundang juara dunia tiga kali itu, Federasi Sepak Bola Angola harus mengeluarkan biaya besar.
“Angola menghabiskan sekitar 10 juta USD, belum termasuk akomodasi, perjalanan, dan fasilitas pendukung untuk seluruh skuad Argentina,” tulis laporan itu.
Angka tersebut menjadikan laga ini sebagai salah satu pertandingan uji coba termahal dalam sejarah sepak bola Afrika.
Lionel Scaloni Turunkan Campuran Pemain Senior dan Muda
Argentina dikabarkan hanya akan memainkan satu laga uji coba di bulan November, yakni menghadapi Angola.
Pelatih Lionel Scaloni kemungkinan besar akan membawa campuran pemain muda dan beberapa nama senior, mengingat mereka sudah memastikan tiket ke Piala Dunia 2026.
“Scaloni berencana mencoba komposisi baru dengan pemain-pemain muda seperti Garnacho, Enzo Fernandez, dan Valentin Carboni,” tulis laporan dari media Argentina.
Namun, bintang besar seperti Lionel Messi dan Emiliano Martinez disebut tetap berpeluang ikut untuk laga perayaan tersebut.
Masyarakat Angola Murka: “Rakyat Menderita, Mereka Main Bola!”
Di balik gegap gempita laga akbar itu, masyarakat Angola justru mengecam keras keputusan pemerintah dan federasi.
Negara tersebut tengah dilanda kerusuhan besar-besaran akibat kenaikan harga BBM hingga 30 persen.
Ratusan warga dilaporkan terluka dan ribuan lainnya ditangkap dalam unjuk rasa yang terjadi di berbagai kota.
Padahal, Angola termasuk salah satu produsen minyak terbesar di Afrika, dengan nilai ekspor mencapai 31,4 miliar dolar AS pada 2024.
Namun, sepertiga dari 38 juta penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan, menurut data Bank Dunia.
Banyak warga menilai pengeluaran Rp166 miliar untuk pertandingan sepak bola hanyalah bentuk kemewahan di tengah penderitaan rakyat.
“Uang sebesar itu seharusnya digunakan untuk memperbaiki layanan publik, bukan untuk hiburan sementara,” tulis seorang aktivis di media sosial yang kemudian viral.












