# Menyelami Ekofenomenologi
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Di tengah gegap gempita kemajuan zaman, hubungan manusia dan alam kian rapuh.
Alam menjerit dalam diam, sementara manusia sibuk mencari solusi di luar dirinya sendiri.
Padahal, luka ekologis sejatinya lahir dari cara pandang kita terhadap dunia, cara kita memosisikan diri sebagai “penguasa” dan bukan bagian dari alam itu sendiri.
Dalam konteks inilah Ekofenomenologi hadir, bukan sekadar teori, tetapi sebagai ajakan untuk menembus kabut antroposentrisme yang menempatkan manusia di pusat semesta.
Pendekatan ini berupaya mengurai ketidakseimbangan relasi manusia dan alam dengan membongkar akar
ontologisnya, membangun pandangan baru di mana manusia dan alam sejajar, saling menopang, dan saling memahami.
Gagasan ini akan dikupas tuntas dalam Diskusi Buku #91 Temu Sejarah : “Ekofenomenologi: Mengurai
Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam” bersama Dr. Luh Gede Saraswati Dewi, penulis dan pemikir ekofilsafat terkemuka di Indonesia.
Diskusi ini akan dimoderatori oleh Siska Trisia dan menghadirkan ruang dialog yang terbuka bagi siapa pun yang ingin memahami kembali hubungan manusia dengan alam secara lebih mendalam.
Acara akan digelar pada Kamis, 13 November 2025, pukul 20.00–21.30 WIB melalui Zoom Meeting, dan terbuka gratis untuk umum.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui WhatsApp di 0895-3572-55688 dengan format: Daftar Diskusi Buku #91 – Nama – Domisili.
Bagi para pecinta filsafat, sejarah, maupun isu lingkungan, diskusi ini menjadi kesempatan untuk melihat kembali
akar ekologis dari krisis modern, bahwa mungkin, penyembuhan alam dimulai dari cara manusia memahami dirinya sendiri.
Ikuti akun @temusejarah untuk informasi menarik lainnya, dan sampai jumpa di Kamis malam penuh refleksi. (tiwi)
# Menyelami Ekofenomenologi












