BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM— Dalam diri Muhammad Ryonur Zamzam, mahasiswa Kedokteran semester VII asal Subang, ada perpaduan unik antara pemuda yang haus ilmu, jiwa atlet yang kompetitif, serta sosok duta daerah yang percaya bahwa setiap orang muda punya kekuatan untuk membawa perubahan.
Dipanggil akrab Ryo, ia tumbuh dalam lingkungan keluarga kesehatan yang akhirnya membawanya ke Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan.
Namun Ryo tidak hanya hidup dari ruang kuliah; ia membangun dirinya dari pengalaman di lapangan, panggung organisasi, hingga arena kompetisi duta pariwisata.
“Saya selalu percaya, kita nggak boleh membatasi diri pada satu dunia saja. Hidup justru berkembang saat kita berani mencoba hal yang baru,” ungkapnya.
Berawal dari Satu Keputusan Kecil — Ternyata Itu Titik Balik Hidup
Banyak orang melihat pencapaian Ryo hari ini dan menganggap semuanya datang dari jalan yang mulus. Padahal, semuanya justru berawal dari masa gap year, masa ketika ia belum menemukan arah.
Ketika pendaftaran Moka Subang dibuka, ia sempat ragu. Namun pada akhirnya ia mencoba, meskipun tanpa banyak ekspektasi.
“Saya daftar bukan karena merasa siap. Saya daftar karena merasa harus mengambil kesempatan, sekecil apa pun itu,” ungkapnya.
Hasilnya jadi tonggak terbesar dalam hidupnya. Terpilih sebagai finalis Moka Subang membuka pintu pembelajaran non-akademik yang luas: public speaking, attitude, etika, relasi, hingga personal branding.
Sosok Ryo yang penyuka futsal dan K-Drama mendadak menemukan panggung baru: berbicara di depan publik, mewakili daerah, sekaligus menjadi role model bagi generasi muda.
“Jujur saja, kalau saya tidak ikut Moka Subang waktu itu, mungkin tidak akan ada Ryo yang seperti sekarang,” terangnya.
Dari sana, peluang demi peluang datang. Ia dipercaya sebagai Jajaka Intelegensia Kabupaten Subang 2022, disusul Juara 1 Duta Kampus Universitas Pasundan 2024. Tapi bagi Ryo, prestasi bukan trofi untuk dipamerkan.
“Prestasi bukan tentang mengalahkan orang lain, tapi tentang membuktikan bahwa kamu sudah banyak tumbuh dibanding dirimu yang dulu,” ungkapnya.
Tetap Membumi: Menjadi Dokter yang Kompeten Sekaligus Sosial
Di balik pencapaian publik, Ryo tetaplah mahasiswa kedokteran yang bekerja keras, berkegiatan ilmiah, dan mengikuti bakti sosial kesehatan ke berbagai daerah.
Ia aktif dalam organisasi kedokteran CIMSA (Standing Committee on Public Health) dan rutin menjalankan pemeriksaan kesehatan gratis bersama teman-temannya.
Sementara sebagai Jajaka Subang, ia ikut mempromosikan pariwisata, budaya, dan UMKM, memastikan keberadaannya sebagai duta bukan hanya simbol, tetapi kontribusi nyata.
“Saya ingin dikenal bukan karena gelar atau jabatan, tapi karena manfaat yang bisa saya berikan,” ungkapnya.
Ke depan, Ryo memiliki satu cita-cita besar: menjadi dokter yang tidak hanya ahli secara klinis, melainkan juga komunikatif, humanis, dan dekat dengan masyarakat.
“Jadi dokter itu bukan cuma soal mengobati, tapi tentang hadir untuk orang lain,” terangnya.
Dan meski kesibukannya luar biasa padat, prinsip hidupnya tetap sederhana:
“Ambil setiap kesempatan, sekecil apa pun itu — karena dari kesempatan kecil bisa lahir perubahan besar dalam diri kita,” tandasnya.
Ryo mengajarkan bahwa hidup bukan hanya soal berada di jalur yang benar, tapi berani memperluas jalan. Berani jadi lebih dari satu hal. Berani jatuh, lalu belajar untuk berdiri sebagai versi diri yang baru.
Karena bagi Ryo, sukses bukan garis finish, sukses adalah proses berkembang yang tidak pernah berhenti. (tiwi)












