www.pasjabar.com — Manchester United sukses memetik kemenangan krusial 2-1 atas Crystal Palace pada laga pekan Premier League yang berlangsung di Selhurst Park, Minggu (30/11). Meski tampil kurang meyakinkan di babak pertama, Setan Merah justru menemukan momentum lewat situasi bola mati di babak kedua—sebuah aspek yang kini menjadi sorotan utama dari keberhasilan mereka merebut tiga poin.
Crystal Palace memulai laga dengan agresif dan cepat memanfaatkan kelengahan lini belakang United. Jean-Philippe Mateta memberikan keunggulan bagi tuan rumah lewat titik putih setelah Leny Yoro melakukan pelanggaran. Penalti pertama Mateta dibatalkan karena double-touch, namun eksekusi kedua berjalan mulus. Setelah itu, Palace terus menekan dan memaksa United bertahan cukup dalam.
Meski berada dalam tekanan, Manchester United justru beberapa kali mengancam dari lemparan jauh dan bola mati. Sinyal itu menjadi gambaran dari perubahan pola latihan yang dilakukan Ruben Amorim sejak ia datang ke Old Trafford.
Dua Gol United ke Gawang Crystal Palace Lahir dari Skema Bola Mati
Babak kedua menjadi panggung Manchester United. Fokus dan kesabaran dalam memanfaatkan bola mati akhirnya membuahkan hasil. Gol penyama kedudukan lahir dari skema sepak pojok Bruno Fernandes yang diselesaikan Joshua Zirkzee dengan penyelesaian berkelas dari sudut sempit. Itu menjadi gol liga pertama Zirkzee dalam lebih dari setahun, sehingga jadi momen penting dalam kebangkitan sang striker.
Tak lama berselang, United membalikkan keadaan. Kali ini, lewat skema tendangan bebas cepat yang dieksekusi Bruno Fernandes dan disambar Mason Mount dari luar kotak penalti. Mount melepaskan tembakan akurat yang tak mampu dibendung Dean Henderson. Dua gol itu mencerminkan peningkatan signifikan United dalam situasi set-piece—hal yang kemudian dibenarkan langsung oleh sang pelatih.
Amorim Akui “Mencuri” Ide Para Manajer Premier League
Dalam konferensi pers, Ruben Amorim membuat pengakuan menarik. Ia menyatakan bahwa efektivitas set-piece Manchester United bukan kebetulan, melainkan hasil dari observasi mendalam terhadap para pelatih Premier League lain yang dikenal inovatif dalam bola mati.
“Kami punya lebih banyak waktu untuk bekerja dan kami mencuri banyak hal dari Inggris,” ujar Amorim. Ia menyebutkan bahwa tanpa jadwal kompetisi Eropa, Manchester United memperoleh slot latihan lebih lama dibanding banyak tim top lainnya. Hal itu membuat mereka bisa mendesain dan memoles variasi bola mati dengan lebih detail.
Amorim juga menilai Crystal Palace tampil kelelahan karena baru bertanding di Liga Konferensi Eropa tiga hari sebelumnya. Menurutnya, intensitas dan stamina Palace menurun drastis di babak kedua, sehingga United lebih mudah mengendalikan permainan.
Catatan Buram: Kreativitas dari Open Play Masih Minim
Meski menang, United kembali menunjukkan masalah yang sama: kreativitas rendah dari open play. Catatan xG hanya 1,25—dan hanya 0,2 xG yang berasal dari permainan terbuka—membuktikan bahwa kemenangan kali ini lebih soal efektivitas ketimbang dominasi.
Data Opta bahkan menunjukkan kedua tim masing-masing hanya menghasilkan 0,26 xG setelah jeda. Artinya, peluang yang benar-benar “berbahaya” lahir dari dua momen set-piece saja. Amorim memahami hal ini, namun ia menegaskan bahwa kemenangan tetap menjadi modal penting dalam proses membangun konsistensi tim.
Dengan tambahan tiga poin, Setan Merah kini naik ke peringkat tujuh Premier League. Fokus selanjutnya adalah menjaga tren positif saat menjamu West Ham di Old Trafford pada Jumat (5/12) dini hari WIB. Jika set-piece kembali menjadi senjata utama, Manchester United bisa perlahan menemukan identitas baru yang solid dan berbahaya.












