Literasi Sains Dan Keterampilan Hidup Abad 21 Antara Harapan Dan Kenyataan
Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd
Penulis adalah dosen FKIP Unpas dan mantan Dekan FKIP Unpas
Literasi Sains
Adanya permasalahan dalam literasi terungkap Ketika Program International Student Asessmen (PISA) yang memposisikan peserta didik Indonesia pada tahun 2018, 10 terbawah dari 76 negara yang berpartisipasi.
Kemampuan rata-rata membaca anak-anak Indonesia adalah 80 poin di bawah rata rata OECD. Secara ketentuan bahwa sebaiknya SD/SLTP: 200 kata per menit, SLTA : 250 kata per menit Mahasiswa : 325 kata permenit Mahasiswa Pascasarjana : 400 kata per menit Orang dewasa (yang tidak sekolah): 200 kata per menit (Harjasujana & Lilis 1997).
Jauh antara harapan dan kenyataan mengenai kemampuan membaca peserta didik SLTP di negara kita dibandingkan dengan peserta didik di luar negara kita peserta PISA 2018.
Literasi secara mendasar adalah Perkembangan kebudayaan dalam masyarakat yang menandakan adanya tingkat peradabannya diawali dengan kemahiran Literasi.
Dalam kamus Webster disebutkan bahwa, Literacy ; The state being literate, especially of processing the skills of reading and writing (New Webster Dictionary: 1981).Literatus, berarti ditandai dengan huruf, melek huruf atau berpendidikan.
Literasi Sains
Menelisik program Literasi yang telah dilakukan di negara kita bahwa kepada peserta didik diharuskan membaca tentang apa pun yang disukai dan tersedia di perpustakaan sekolah sebelum belajar di kelas.
Apa yang dibaca pada pembiasaan, mungkin berbeda dengan yang dipelajari di kelas. Penulis berasumsi bahwa itu merupakan program pembiasaan membaca,
dan belum sampai kepada pengukuran kecepatan efektif membaca per menit, apalagi sampai kepada kemampuan memahami wacana. Simpulannya bahwa program literasi belum sampai
kepada sasaran yang esensial baik kecepatan efektif membaca maupun kemampuan memahami wacana.
Kita bersama memahami jika posisi anak anak Indonesia di dalam studi PISA sangat jauh dari harapan.
Belum juga satu permasalahan diselesaikan, sekarang datang lagi literasi abad 21, pemicunya adalah adanya perubahan yang tiba-tiba dengan hadirnya kondisi VUCA (Volatile,
sementara; Uncertainty: ketidak tentuan, Complexity; rumit, dan Ambigu; bermakna ganda) perubahan perubahan yang secara tiba-tiba terjadi di lingkungan kita baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Contoh aktualnya saat terjadinya covid 19. Singkatnya hadir kondisi lingkungan yang tidak menentu secara tiba-tiba terjadi.
Perkembangan masa kini berkenaan dengan pembelajaran di sekolah adalah adanya inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
Saat kondisi tenang tanpa perubahan, kementerian menghadirkan program literasi (Dasar), yang dilaksanakan oleh murid-murid di sekolah sekolah, rasanya belum tuntas program literasi ini dilaksanakan,
siswa belum diketahui berapa kata per menit kecepatan efektif membacanya, kemudian apakah kemampuan membacanya sudah mencapai pada keterpahaman,
apakah yang dibacanya dikuasai, yang bercirikan kepada jika ditanya tentang isi bacaannya siswa dapat menjawab secara benar.
Waktu terus berjalan, secara tiba-tiba datanglah kondisi VUCA yang tidak menentu itu, peserta didik harus mampu menghadapi tantangan itu,
dalam Pendidikan kami menyebutnya dengan perubahan ketidak menentuan, kondisi ini harus diantisipasi bahwa peserta didik harus memiliki keterampilan hidup abad 21,
yang bercirikan kemampuan kreatif, kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, menemukan, membuat keputusan kompleks, menerima keberagaman, menulis secara efektif,
menyelesaikan masalah, menggunakan teknologi sebagai alat, menginterpretasi pesan pesan informasi, mengembangkan ide ide baru dan, mengakui belajar sepanjang hayat.
Keterampilan hidup abad 21 akan terjadi pada peserta didik jika di kelas guru melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk menguasai literasi abad 21,
lagi-lagi pembelajaran saintifik menjadi andalan dalam pembelajaran, yakni problem based learning dan project base learning yang harus dilaksanakan secara kuat dan konsisten pada seluruh rentetan praktik pembelajaran.
Seluruh aspek persiapan dan pelaksanaan pembelajaran harus benar benar dilaksanakan agar peserta didik bisa bermimikri, bermetamorfosis terhadap pengkondisian pembelajaran agar tercipta peserta didik yang kekinian sehingga menjadi individu adaptif yang memiliki literasi abad 21.
Kondisi kini berkenaan kemampuan peserta didik Indonesia yang merujuk kepada PISA, masih harus belajar banyak kepada negara lain partisipan PISA,
seperti China dan Korea, mereka memiliki posisi sangat baik, sebaiknya Indonesia mengejar ketinggalan itu melalui keterampilan literasi dasar.
Besar harapan republik ini kepada para pendidik agar peserta didik memiliki keterampilan hidup abad 21 yang bercirikan literasi sains abad 21.
Penelitian-penelitian tentang pengembangan aspek-asek literasi di Sekolah Menengah Pertama yang membahas bahwa literasi dasar,
adalah bagian dari Gerakan Literasi Nasional, memiliki nilai penting dalam meningkatkan kemampuan siswa, untuk membangun kemampuan mereka memasuki kehidupan abad ke-21.
Kompetensi dalam membaca dan menulis yang dikuasai mereka sangat penting untuk menyiapkan generasi masa yang akan datang yang berekemampuan tinggi.
Studi yang dilakukan oleh Jane E.B. (2024) di tingkat SMP di Filipina menilai bahwa kemahiran membaca 146 siswa Kelas 7,
memperoleh gambaran keterampilan yang menyeluruh hasilnya adalah berada pada tingkat frustrasi, menunjukkan diperlukan adanya intervensi dan rencana peningkatan
kemampuan membaca yang disesuaikan untuk mengatasi kesulitan mereka dalam membaca pemahaman.
Penelitian lain yang dilaksanakan di dalam negeri tentang literasi dasar yang membentuk dasar keterampilan abad ke-21,
memungkinkan siswa kelas 7 untuk terlibat dalam pemikiran kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi melalui berbagai aspek literasi,
meningkatkan kompetensi mereka secara keseluruhan dalam membaca dan memecahkan masalah. Kisworo Wati,P. (2024)
Banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, seperti antara lain; memanfaatkan pendekatan membaca Interaktif,
intervensi seperti ejaan, bercerita, membaca berpasangan, dan membaca paduan suara diterapkan untuk meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca di antara siswa kelas 7,
mengatasi kesulitan membaca yang mereka identifikasi secara efektif. Studi tentang kompetensi membaca pemahaman,
banyak menyoroti bahwa peningkatan keterampilan pemahaman membaca pada siswa Kelas 7 dapat memberikan harapan untuk meningkatkan kinerja akademik mereka,
memungkinkan pemahaman materi yang lebih baik, keterlibatan yang efektif dengan teks, dan hasil pembelajaran secara keseluruhan,
pada akhirnya menumbuhkan kepercayaan diri dan kesuksesan yang lebih besar dalam perjalanan pendidikan mereka.
Besar harapan jika peserta didik menguasai kemampuan membaca pemahaman sebagai literasi dasar dapat meningkatkan kemampuan literasi abad 21.(*)