
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan (Hubungan Internasional dalam Islam dalam buku Wawasan Islam)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Terciptanya hubungan internasional pada dasarnya karena hubungan baik antarnegara dan antarbangsa dalam bentuk kerja sama atau menjalin hubungan baik dalam bertetangga. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasul, baik dengan perkataan (sabda) maupun dengan perbuatan. Yaitu ketika beliau pindah (hijrah) ke Madinah. Di sana beliau telah mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi atas dasar kerja sama dalam hal kebaikan. Memelihara budi pekerti yang baik dan menghindari pertikaian dan permusuhan. Akan tetapi, kaum Yahudi, melanggar perjanjian tersebut. Dan diam-diam mengatur persekongkolan dengan kaum musyrikin yang menentang beliau.
Hadis Rasulullah yang menekankan terjalinnya hubungan baik antarbangsa atau negara adalah:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (H.R. Bukhori — Muslim)
Meemuliakan atau berbuat baik dengan tetangga tidak hanya ditafsirkan bagisatu dengan keluarga lain. Tetapi juga antara satu negara dengan negara tetangganya. Hubungan bertetangga yang baik akan melahirkan keamanan. Sekaligus menghindarkan ancaman keamanan yang datang dari negara terdekat. Hubungan yang baik dengan negara tetangga pada dasarnya lebih mudah dilakukan. Karena dari segi budaya kedua negara terdekat memiliki kesamaan yang dapat dijadikan modal awal kerja sama.
Di samping perilaku atau sabda Rasul yang menggambarkan hubungan internasional tersebut, Al-Quran juga melukiskan dengan tegas. Tentang kenyataan adanya berbagai bangsa, suku, dan bahasa di dunia agar mereka saling mengenal:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat [49] : 13)
Ayat tersebut menyatakan bahwa manusia diciptakan Allah terdin atas berbagai bangsa berbagai bahasa, berbagai suku atau sejenisnya. Dengan tujuan agar saling mengenal antara satu dan lainnya. Dengan demikian, diharapkan akan tumbuh jasa persaudaraan dan persamaan. Serta sikap hormat-menghormati antarindividu, golongan, bangsa, dan yang lainnya.
Pengertian saling mengenal menurut konsep Al-Quran itu dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
Pertama, memahami dan mengetahui bahasa, kebudayaan, dan adat istiadat suatu bangsa.
Kedua, membina dan menumbuhkan saling pengertian di antara bangsa-bangsa di dunia. Rasa curiga-mencurigai antara satu dan lainnya sedapat mungkin harus dihindarkan. Sebaliknya Al-Quran menginginkan agar bangsa-bangsa di dunia ini saling menghormati antara satu dan lainnya. Serta senantiasa membina dan menumbuhkan rasa aman dan damai di antara bangsa-bangsa di dunia ini.
Ketiga, Al-Quran dengan konsep saling mengenal di antara bangsa-bangsa di dunia ini pada hakikatnya menginginkan terwujudnya perdamaian dunia yang nyata dan abadi. Dengan prinsip saling mengenal, diharapkan bangsa-bangsa di dunia senantiasa mencegah timbulnya perang di antara mereka.
Di antara doktrin-doktrin Islam tentang keharusan adanya pembinaan hubungan internasional secara efektif adalah:
Pertama, hubungan internasional dilandasi prinsip untuk memelihara ketertiban dan perdamaian dunia. Doktrin Islam mewajibkan kaum muslim untuk membentuk pemerintahan bermoral yang menyadari kepentingan bangsa-bangsa lain dan akan senantiasa memelihara peradaban umat manusia di dunia.
Kedua, doktrin Islam memerintahkan kepada pemeluknya agar memenuhi persetujuan dan perjanjian internasional yang telah disepakati bersama. Sehingga kesalahpahaman dan kerugian bagi salah satu pihak dapat dicegah dan dihindari.
Ketiga, dalam beberapa literatur (sejarah) Islam, diungkapkan bahwa sejak tahun ke-3 H. Nabi Muhammad SAW. mengirimkan beberapa utusannya ke berbagai negara, terutama negara-negara terdekat. Demikian pula pada tahun ke-9 H, beliau telah menerima beberapa utusan (duta) dari negara-negara lain. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mengadakan kerja sama atau hubungan secara internasional. Sehingga tahun tersebut disebut oleh para ahli sejarah dengan tahun duta-duta. (han)