WWW.PASJABAR.COM – Gereja Katolik Roma mencatat sejarah baru dengan terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267, menggantikan mendiang Paus Fransiskus.
Dilansir dari Antara, Prevost, 69 tahun, menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat sekaligus dari Ordo Santo Agustinus sejak abad ke-15.
Ia akan menggunakan nama kepausan Leo XIV, menandai kembalinya nama “Leo” setelah lebih dari satu abad.
Pemilihan Paus Leo XIV berlangsung dalam konklaf yang digelar di Kapel Sistina, Vatikan, pada 7–8 Mei 2025, menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April dalam usia 88 tahun.
Dari 135 kardinal yang berhak memilih, 133 hadir dan berpartisipasi dalam proses yang memerlukan empat putaran pemungutan suara selama dua hari.
Pada Kamis (8/5/2025) pukul 18.07 waktu setempat, asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina—simbol telah terpilihnya Paus baru.
Tak lama kemudian, Kardinal Protodiakon Dominique Mamberti muncul di balkon Basilika Santo Petrus. Dan mengumumkan kepada ribuan umat yang memadati Lapangan Santo Petrus: Habemus Papam — “Kita memiliki Paus!”
Profil Paus Leo XIV
Paus Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, dari keluarga berdarah Prancis, Italia, dan Spanyol.
Ia bergabung dengan Ordo Santo Agustinus pada 1977 dan ditahbiskan sebagai imam pada 1982.
Pendidikan teologinya ditempuh di Catholic Theological Union, Chicago. Serta meraih gelar doktor hukum kanonik dari Universitas Kepausan Santo Tomas Aquinas di Roma.
Prevost dikenal karena karya pastoralnya yang luas di Peru sejak 1985. Di sana, ia melayani sebagai pastor paroki, pengajar seminari, dan administrator keuskupan, serta dikenal dekat dengan komunitas miskin dan migran.
Dari 2001 hingga 2013, ia menjabat sebagai Prior Jenderal Ordo Agustinus. Dan kemudian diangkat menjadi Uskup Chiclayo pada 2015.
Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin pada 2023. Serta menganugerahkannya gelar kardinal di tahun yang sama.
Kedekatannya dengan Paus Fransiskus tercermin dalam visi pastoral dan kepeduliannya terhadap kaum terpinggirkan.
Makna Nama “Leo XIV”
Dengan memilih nama Leo XIV, Paus baru mengikuti jejak 13 pendahulunya, termasuk Leo XIII yang dikenal membawa Gereja lebih terbuka terhadap isu-isu sosial pada abad ke-19.
Pilihan nama ini mencerminkan tekad Paus Leo XIV untuk menjembatani nilai-nilai tradisional Gereja dengan kebutuhan zaman modern.
Dalam pidato perdananya dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV menekankan pentingnya persatuan, perdamaian, dan perhatian terhadap mereka yang menderita.
Ia dipandang sebagai figur moderat yang diyakini mampu menjembatani perbedaan ideologis dalam Gereja serta melanjutkan reformasi pastoral yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus.
Kemampuan Leo XIV dalam berbahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, dan Portugis memperkuat posisinya sebagai pemimpin global yang inklusif.
Pengalaman internasional dan akar pastoralnya di Amerika Latin menjadi modal penting dalam memimpin 1,4 miliar umat Katolik di tengah dunia yang terus berubah.
Ucapan Selamat dari Dunia Internasional
Sejumlah pemimpin dunia segera menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Paus Robert Francis Prevost atau Leo XIV.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut peristiwa ini sebagai “momen bersejarah bagi Gereja Katolik”. Sementara Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebutnya sebagai “penyangga keadilan dan rekonsiliasi.”
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa pemilihan Leo XIV merupakan “momen sukacita yang sangat mendalam”. Dan menyoroti peran penting Takhta Suci dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, pengentasan kemiskinan, dan promosi perdamaian.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bersama Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyatakan keyakinan bahwa Paus baru akan mengedepankan perdamaian, martabat manusia, dan solidaritas global.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menambahkan bahwa peran unik Paus Leo XIV dalam diplomasi global akan menjadi kunci menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebut pesan perdamaian Paus sebagai “seruan kuat” di tengah dunia yang penuh konflik.
Sementara PM Yunani Kyriakos Mitsotakis menilai kepemimpinan baru hadir di saat dunia menghadapi tantangan besar sekaligus peluang luar biasa. (han)