WWW.PASJABAR.COM – Lintasan Sirkuit de Catalunya menjadi saksi drama panas antara Max Verstappen dan George Russell di penghujung Grand Prix Spanyol.
Insiden yang melibatkan tabrakan, emosi yang memuncak, hingga penalti berat terhadap Verstappen menuai sorotan dari para petinggi Red Bull Racing, Helmut Marko dan Christian Horner.
Dalam sebuah wawancara di ServusTV, penasihat Red Bull, Helmut Marko, mengungkapkan kebingungannya. Terhadap manuver-manuver Verstappen pada lap-lap terakhir, terutama setelah restart safety car di lap ke-61.
Verstappen kehilangan posisi ketiga dari Charles Leclerc dan terlibat dalam serangkaian insiden. Yang membuatnya akhirnya menabrak George Russell secara sengaja—menurut penilaian steward.
“Max tahu betul regulasi, dan dia langsung mengatakan bahwa Russell tidak mengendalikan mobilnya, makanya dia harus keluar jalur,” ujar Marko.
Namun, Red Bull akhirnya tetap memerintahkan Verstappen untuk mengembalikan posisi ke Russell, yang dilakukan Verstappen dengan enggan.
Namun hanya tiga lap kemudian, Verstappen kembali bersinggungan dengan Russell.
“Kami semua mengira dia akan membiarkan Russell lewat saat mengangkat gas, tapi tiba-tiba dia kembali menekan throttle. Saya tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan,” kata Marko. “Lalu semuanya berantakan.”
Dijatuhi Penalti
Atas insiden itu, Max Verstappen dijatuhi penalti 10 detik dan tiga poin penalti—membawanya ke ambang sanksi larangan balapan.
Ia pun menyampaikan permintaan maaf melalui media sosial, menyebut tindakannya “tidak benar dan tidak seharusnya terjadi.”
Red Bull sendiri memilih untuk tidak melakukan debrief panjang pada malam balapan.
“Ketika Max sedang emosi seperti itu, lebih baik dibiarkan sendiri dulu,” tambah Marko.
Sementara itu, Team Principal Red Bull, Christian Horner, mengungkapkan kekesalannya. Terhadap kurangnya komunikasi dari direktur balap FIA, Rui Marques, saat tim mencoba meminta klarifikasi mengenai insiden Russell.
“Kami tidak mendapat balasan. Anda bertanya, tapi tidak ada jawaban,” keluhnya. “Sangat sulit bagi tim untuk menebak-nebak apa keputusan steward selanjutnya.”
Horner juga membela keputusan tim untuk menempatkan Verstappen pada strategi tiga kali pit stop. Dan menggunakan ban keras (Hard) saat safety car muncul di lap 54.
Red Bull berpikir ban baru jenis Hard akan lebih bertahan dibanding ban Soft yang sudah terpakai delapan lap. Namun keputusan tersebut justru membuat Verstappen jadi sasaran empuk bagi para rivalnya.
“Dengan 20-20 hindsight, mungkin seharusnya kami membiarkan Max tetap di lintasan. Tapi dengan informasi yang kami miliki saat itu, kami pikir itu langkah terbaik,” jelas Horner. “Sampai momen itu, semuanya berjalan baik. Strategi kami tepat, pit stop sempurna. Tapi safety car di waktu yang salah mengacaukan semuanya.”
Kini, Max Verstappen menghadapi ancaman serius: satu insiden lagi bisa membuatnya terkena larangan balapan. Perselisihannya yang sudah berlangsung lama dengan George Russell pun tampaknya belum akan mereda. (han)












