www.pasjabar.com — Ajang Piala Dunia Antarklub 2025 yang digelar di Amerika Serikat belum genap sepekan, namun sudah dihujani kritik dari berbagai pihak. Mulai dari kualitas lapangan, cuaca ekstrem, hingga penjualan tiket yang lesu menjadi sorotan utama turnamen ini.
Banyak yang khawatir ini menjadi pertanda buruk menjelang gelaran Piala Dunia 2026.
Rumput Kering dan Lapangan Bermasalah di MetLife Stadium
Salah satu kritik paling awal datang dari laga antara Palmeiras vs FC Porto. Pertandingan tersebut digelar di MetLife Stadium, yang juga dijadwalkan menjadi venue final.
Namun, pemain Palmeiras, Estevão, mengeluhkan kondisi lapangan yang dinilai terlalu kering.
Menurutnya, bola menjadi lambat bergulir dan memengaruhi tempo permainan. “Seharusnya lapangan disiram lebih banyak.
Bola jadi lambat dan mengganggu kedua tim,” ujarnya dikutip dari New York Times. Meski hujan sempat turun dan memperbaiki keadaan, kualitas rumput tetap dinilai belum layak untuk turnamen sekelas ini.
Cuaca Ekstrem Ganggu Performa Tim-Tim Eropa
Paris Saint-Germain juga melayangkan keluhan, terutama terkait suhu panas saat mereka menghadapi Atletico Madrid.
Bermain pada pukul 12.00 siang waktu setempat di California, suhu tercatat mencapai 40 derajat Celsius.
Pelatih PSG, Luis Enrique, menyebut hal ini jelas memengaruhi intensitas permainan.
“Di bawah cuaca seperti itu, sulit menjaga permainan di level tertinggi selama 90 menit,” katanya.
Kondisi cuaca ekstrem dikhawatirkan terus berulang, mengingat jadwal pertandingan tidak banyak berubah.
Tiket Sepi, FIFA Terpaksa Turunkan Harga
Selain persoalan teknis di lapangan, sisi komersial pun tak luput dari kritik. Penjualan tiket dilaporkan lesu sejak sebelum turnamen dimulai.
FIFA bahkan dilaporkan menjual tiket dengan harga diskon demi mengisi tribun stadion yang banyak kosong.
Minimnya animo penonton menjadi tantangan serius bagi penyelenggara, terutama dengan harapan besar agar turnamen ini bisa menjadi pemanasan ideal untuk Piala Dunia 2026.
Skor Tak Berimbang, Kompetisi Dituding Tak Selevel
Sorotan lain datang dari skor pertandingan yang timpang. Salah satu contohnya adalah kemenangan telak Bayern Munich atas Auckland City dengan skor 10-0.
Skor besar ini dianggap mencerminkan ketimpangan level antara klub-klub elite Eropa dan tim dari zona konfederasi lainnya.
Padahal, Piala Dunia Antarklub 2025 seharusnya menjadi panggung persaingan antarklub terbaik dari seluruh dunia.
Ketimpangan ini dikhawatirkan akan membuat turnamen kehilangan daya saing dan hanya menguntungkan tim-tim top dari Eropa.












