# KKN-T FKIP Unpas Garut
GARUT, WWW.PASJABAR.COM — ‘Adzam Production’ terpampang jelas dari jalan utama hingga gang kecil yang turut dilalui untuk mencapai rumah gedongan tersebut, sebagai salah satu tempat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Selasa, (19/08/2025).
Bangunan rumah yang bertengger kokoh di antara padatnya dusun-dusun RW 03 Desa Panembong, Kecamatan
Bayongbong, Kabupaten Garut, menyuguhkan produktivitas industri rumahan dalam bidang kebutuhan sandang.
Suara derit mesin otomatis pembuatan rajut menyambut kedatangan kami dalam kunjungan tersebut. Aroma pewangi pakaian pun seketika menyeruak menyapa indera penciuman kami.
Pakaian-pakaian hasil produksi yang telah jadi, turut terpajang rapi di dalam rumah produksi ini.
Pertama-tama kami disambut ramah oleh salah satu pekerja yang ada di sana, Ia bernama Ahmad Munawar, seorang pria paruh baya yang sudah bekerja di sana selama tiga tahun lamanya.
Dalam pekerjaannya sebagai operator mesin rajut di dalam rumah produksi tersebut, Ia dengan senang hati bersedia membagikan sedikit cerita seputar pekerjaannya.
“Awal mulanya ngelamar kerja ke sini dan diterima, terus prosesnya ya bertahap, dari yang kerja manual sambil setrika uap sampai sekarang megang mesin,” ujarnya.
Percakapan di antara kami terus berlanjut, rasa ingin tahu dalam diri semakin meningkat guna mengetahui bagaimana rutinitas para pekerja yang tekun menghasilkan produk-produk rajutan mandiri ini.
Ahmad menyampaikan bahwa pada mulanya, produksi rajutan ini dilakukan secara manual.
“Manual dulu awalnya, kalau sekarang tinggal dua [mesin manual], kalau dulu ada 12 mesin [manual],” ungkapnya sambil mengernyitkan dahi berusaha mengingat.
Proses Produksi
Ia lanjut menuturkan perkembangan proses produksi yang berjalan hingga saat ini, terhitung sudah dua tahun lamanya mulai berbantuan alat mesin rajut otomatis, tepatnya bermula pada tahun 2022.
Setelah bercakap-cakap dengan Ahmad, kami pun diberi kesempatan untuk dapat berkeliling dan melihat-lihat suasana sekitar.
Bangunan rumah seluas 40m² menjadi pusat produksi rajut rumahan, terbagi ke dalam beberapa ruangan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan rumah produksi.
Pada bagian depan, terdapat tiga mesin otomatis dengan spesifikasi yang lebih canggih. Lalu, terdapat ruang penyimpanan hasil-hasil rajutan yang telah jadi dan siap dipasarkan.
Langkah kami terus berlanjut menuju bagian belakang rumah, mata kami langsung tertuju pada suatu spot
pelataran rumah berukuran 4×2 meter yang dipergunakan khusus sebagai area menyetrika, dilengkapi dengan mesin setrika uap yang cukup menarik perhatian.
Tepat di sampingnya, terdapat ruangan produksi dengan mesin manual beserta dua pekerja lainnya yang terlihat sedang fokus merajut benang-benang pakaian.
Tidak berselang lama kemudian, kami berkesempatan untuk dapat mengobrol secara langsung dengan sang pemilik rumah produksi, Zamzam Zamilah namanya.
Wanita yang kini telah berusia 38 tahun, sudah sukses meniti karirnya sebagai pendiri dan pemilik UMKM rumah rajut.
Percakapan di antara kami dimulai dengan membahas seputar awal mula pendirian rumah produksi ini. Zamzam menuturkan bahwa, pada mulanya Ia memproduksi kerudung jauh sebelum produksi pakaian rajutan.
Kilas baliknya pada 2005 silam, hingga kemudian 2020 lalu Ia memutuskan untuk mulai memproduksi pakaian rajutan.
Dalam ceritanya, Zamzam berbagi kisah bahwa bisnis kerudung yang sebelumnya Ia jalani beroperasi di Jakarta.
Namun, karena sempat adanya pandemi yang datang menyerang, Ia pun memutuskan untuk mulai membuka rumah produksi mandiri dengan pakaian rajut sebagai kreasi utamanya.
“Soalnya dulu jualan kerudung di Jakarta, pas Pandemi itu ditutup dan diberhentikan, jadi coba beralih ke sweater rajut,” ungkapnya.
Perbincangan terus bergulir hingga semakin memantik rasa penasaran kami terhadap pilihan yang diambil Zamzam untuk membuat produksi dalam kebutuhan sandang.
Tanpa berpikir panjang, Ia mampu menyampaikannya secara lugas bahwasanya keperluan dalam hal produksi sandang merupakan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat.
Ia pun turut menyampaikan bahwa produksi pakaian rajut ini cukup menarik banyak peminat sampai
berpengaruh terhadap pemasaran hasil produksi yang sudah tersebar hingga luar kota dan luar provinsi.
“Untuk pengiriman sudah sampai ke Jakarta juga daerah Jawa,” ucapnya.
Masih pada hari yang sama, sekitar pukul 14.00 WIB, kami melanjutkan langkah kami untuk menyambagi kantor
Desa Panembong guna menanyakan tanggapan pihak aparatur desa terkait UMKM yang ada di kawasan desa ini.
Dalam kunjungan kami ke kantor desa, kami diarahkan untuk mewawancarai sekretaris desa bernama Tatang Taryana yang sedang ada di tempat, sebagai pengganti kepala desa yang kebetulan berhalangan hadir pada saat itu.
Ia dengan senang hati bersedia untuk memberikan beberapa tanggapan terkait UMKM yang ada di kawasan Desa Panembong ini.
Segera setelah kami lontarkan pertanyaan seputar meminta tanggapan terkait, Ia dengan perhatian penuh menjawab setiap pertanyaan yang kami layangkan.
Menurutnya, dengan adanya UMKM industri rumahan ini dapat memberikan dampak positif, seperti menyerap tenaga kerja, juga membantu meningkatkan perekonomian warga.
Selain itu, Ia pun turut menyampaikan bahwa dengan adanya UMKM industri mandiri ini, mampu mengurangi
angka pengangguran tidak hanya di kawasan Desa Panembong saja, tetapi juga turut menyerap tenaga kerja dari desa-desa sekitar.
“Banyak-banyak, bahkan dari luar desa juga banyak yang ikut bekerja,” pungkasnya dengan antusias.
Pembahasan berikutnya sekaligus sebagai tanggapan terakhir yang ingin kami dengar dari pihak Tatang selaku aparatur desa.
Perihal harapan yang kedepannya ingin terus diwujudkan dalam memberdayakan UMKM yang ada.
Ia seketika menjawab dengan senyuman terpatri di wajahnya, bahwa kedepannya UMKM yang telah ada di
kawasan Desa Panembong dapat terus meningkat dan lebih maju guna mendongkrak perekonomian serta sebagai jawaban dalam tantangan mengurangi angka pengangguran.
“Semoga lebih meningkat dan maju, mendongkrak perekonomian masyarakat juga. Apalagi sekarang keluaran-keluaran sekolah banyak dan mengurangi pengangguran,” tuturnya. (*/tiwi)
Ditulis oleh : Peserta KKN-T FKIP Unpas Desa panembong Garut,
Adinda Malika Trycahyani
# KKN-T FKIP Unpas Garut
# KKN-T FKIP Unpas Garut












