Bandung, www.pasjabar.com — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 55 juta lebih anak Indonesia mengalami gangguan penglihatan, sebagian besar disebabkan oleh kelainan refraksi seperti rabun jauh atau rabun dekat. Temuan ini menjadi alarm serius bagi pemerintah dalam upaya menjaga kualitas kesehatan mata generasi muda Indonesia.
Berdasarkan hasil Rapid Assessment on Avoidable Blindness (RAAB), sekitar 15 juta orang atau 22 persen penduduk berusia di atas 50 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan penglihatan ringan hingga berat. Sementara studi lain menunjukkan 44 persen dari 52,9 juta anak usia sekolah menghadapi masalah serupa, yang jika tidak ditangani sejak dini dapat berdampak pada prestasi belajar dan produktivitas di masa depan.
Kemenkes Luncurkan Peta Jalan Kesehatan Penglihatan 2025–2030
Sebagai bentuk tindak lanjut, Kemenkes resmi menyusun Peta Jalan Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025–2030, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Peta jalan ini menjadi panduan nasional dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan mata yang merata dan berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Gigi, Mulut, dan Indra Kemenkes, dr. Prihandriyo Sri Hijranti, menjelaskan bahwa penanganan gangguan penglihatan tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. “Diperlukan kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai target Upaya Kesehatan Penglihatan (UKL),” ujarnya.
Peringatan Hari Kesehatan Penglihatan Sedunia di RS Mata Cicendo
Komitmen tersebut ditegaskan dalam peringatan Hari Kesehatan Penglihatan Sedunia 2025, yang diselenggarakan di Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, Kamis (9/10). Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Kemenkes, tenaga medis, akademisi, dan organisasi masyarakat.
Direktur Utama PMN RS Mata Cicendo, dr. Antonia Kartika, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan mata. Ia menambahkan, peningkatan layanan pemeriksaan dan skrining dini di fasilitas kesehatan primer menjadi kunci mencegah kebutaan yang sebenarnya dapat dihindari.
Pengembangan Vision Center di 28 Lokasi Khusus
Sebagai bagian dari implementasi peta jalan, Kemenkes juga mendorong pengembangan Vision Center di berbagai daerah. Hingga saat ini, sudah ada 28 lokasi khusus yang memiliki pusat layanan penglihatan terpadu dan akan terus diperluas dalam lima tahun ke depan.
Vision Center berperan penting dalam skrining, penemuan kasus, hingga penanganan awal gangguan penglihatan di tingkat masyarakat. Dengan langkah ini, pemerintah berharap akses terhadap layanan kesehatan mata dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.