BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Persaudaraan Muslimin Indonesia (PARMUSI) Jawa Barat mengadakan bincang publik “Santri dan Stigma Radikalisme” bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum dan Ketua ICMI Jabar Prof HM Najib di Freddo Caffeshop, Jalan Merak No 4 Surapati, Kota Bandung, Rabu (23/10/2019).
Wakil Gubernur Jawa Barat sekaligus Panglima Pesantren Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengungkapkan bahwa stigma radikal tidak pantas diberikan kepada santri. Malah yang ada santri siap diberikan kewenangan untuk mengatasi Islam radikal.
“Saya mengusulkan adanya kementrian pesantren, tentu hal ini akan menjadi ruang bagi kami untuk mengimplemtasikan dan bisa merasakan kebaikan dan perhatian terhadap komunitas pesantren,” jelasnya.
Uu pun berharap bahwa kedepannya pesantren dan santri dapat saling bekerja sama membangun Jawa Barat yang lebih baik serta menjaga persatuan.
Sementara itu ketua ICMI jawa Barat, Prof. HM Najib mengulas bahwa pesantren merupakan entitas umat islam yang luar biasa dan pusat dakwah serta pergerakan.
“Pesantren memiliki peran yang sangat besar mulai dari masa penjajahan, kemerdekaan juga menjadi pengawal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelasnya.
Prof Najib menambahkan bahwa pesantren menjadi lembaga agama yang memiliki fungsi ganda, baik sebagai pusat ekonomi maupun pusat pergerakan. Sehingga menjadi pertanyaan, bagaimana santri atau pesantren diidentikan dengan radikalisme, padahal pesantren tak mengajarkan nilai-nilai radikalisme.
“Pada kisaran tahun 1990-an mulai muncul gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam, Dengan cara destruktif mereka merusak gedung, keadaan sosial. Namun faktanya gerakan radikal bukan hanya oknum yang mengatasnamankan agama Islam, bahkan kekuatan politik non agamapun, seperti gerakan radikal di vietnam dan kamboja pun terjadi,” tandasnya.
Adanya radikalisme terang Prof Najib adalah karena adu domba yang dilakukan oleh sekelompok golongan yang memiliki kepentingan tertentu, oleh karena itu umat Islam perlu menguatkan barisan dengan membaca alqur’an dan hadist nabi, serta harus menjaga ukhwah insaniah, imaniah dan basyariah. (Tan)