# Keresahan Politik dalam Thriller
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Apa jadinya jika keresahan politik diurai melalui kisah pembunuhan, misteri, dan teka-teki penuh intrik?
Malam Kamis (30/10/2025), Sindikasi Aksara menghadirkan penulis thriller kenamaan Tsugaeda
dalam edisi ketujuh Kamisan Aksara: Buku Kehidupan bertajuk “Menulis Keresahan Politik dalam Novel Thriller”.
Acara berdurasi satu jam ini dipandu oleh Salma Nur Fauziyah melalui siaran langsung Instagram @sindikasiaksara.
Nama Tsugaeda tak asing di dunia literasi dan perfilman. Ia telah menulis delapan novel bergenre thriller dan
detektif, meraih penghargaan Author of the Year – Scarlet Pen Awards 2022, menjadi pembicara di Singapore
Writers Festival, serta menjalani residensi penulis UNESCO City of Literature Wonju (2024).
Salah satu karyanya yang paling fenomenal, Rencana Besar, bahkan sedang diadaptasi menjadi film di Prime Video.
Namun di balik kariernya yang gemilang, Tsugaeda tetap memulai dari hal sederhana: kegelisahan. Ia menyebut bahwa setiap tulisan adalah bentuk pergulatan batin dengan dunia nyata.
“Genre thriller bukan hanya soal ketegangan dan misteri. Ia adalah cara saya membedah realitas sosial dan politik dengan cara yang tidak menggurui,” ujarnya.
Thriller Sebagai Cermin Politik
Menurut Tsugaeda, politik dalam karya fiksi tidak selalu berarti propaganda. Justru, melalui fiksi, penulis bisa menciptakan cermin sosial yang memantulkan sisi-sisi gelap kehidupan masyarakat.
“Politik bisa hadir dalam bentuk empati terhadap korban perdagangan manusia, atau sindiran terhadap sistem yang timpang,” tuturnya.
Bagi Tsugaeda, isu seperti human trafficking jarang diangkat oleh penulis Indonesia, padahal memiliki nilai kemanusiaan dan politis yang kuat.
Ia percaya, lewat karakter dan konflik, penulis bisa menghadirkan kritik sosial tanpa harus berhadapan langsung dengan batasan sensor atau kepentingan industri penerbitan.
Riset dan Ketelitian ala Jurnalis
Latar belakang jurnalistik Tsugaeda tampak dalam cara ia melakukan riset. Ia gemar membaca laporan investigasi dan mengikuti berita, termasuk dari Tempo.
“Saya menulis dari apa yang saya tahu dan alami. Teknik investigasi membantu saya menemukan detail yang membuat cerita terasa nyata,” katanya.
Inspirasi kreatifnya datang dari nama-nama besar seperti Naoki Urasawa dan Gosho Aoyama, dua legenda manga Jepang yang terkenal karena kejelian mereka dalam mengolah misteri dan logika cerita.
Menulis dari Keresahan
Di akhir sesi, Tsugaeda memberikan pesan sederhana tapi kuat bagi penulis muda:
“Tulis saja apa yang ingin kamu tulis. Dan banyaklah membaca, karena bahan bakar menulis adalah bahan bacaan.”
Bagi Tsugaeda, menulis bukan sekadar hiburan — melainkan bentuk kesadaran sosial. Dalam setiap paragraf dan adegan, ia berusaha menghadirkan potret realitas, sekaligus menggugatnya lewat fiksi.
Adapun Kamisan Aksara: Buku Kehidupan adalah program literasi daring yang diinisiasi komunitas
Sindikasi Aksara, digelar setiap Kamis pukul 19.30 WIB melalui Instagram Live. Program ini menghadirkan beragam penulis, pembaca, dan pemikir untuk membahas hubungan antara literasi, keresahan, dan kehidupan.
Sampai jumpa di Kamisan Aksara edisi berikutnya, karena setiap kata selalu punya cerita, dan setiap keresahan bisa menjelma menjadi karya. (tiwi)
# Keresahan Politik dalam Thriller












