BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Ketua Yayasan Pendidikan Dasar Menengah atau YPDM Pasundan, Prof. Dr. H. Dadang Mulyana menegaskan, bahwa seluruh sekolah Pasundan harus terus “dicelup” dalam nilai-nilai ke-Islaman dan Ke-Sundaan.
Hal tersebut diungkapkannya usai kegiatan YPDM Pasundan bertajuk Penguatan Karakter Nyunda dan Islami di Lingkungan Sekolah Pasundan, di Aula Paguyuban Pasundan Lantai 5, Jalan Sumatera 41 Bandung, Senin (24/11/2025).
Ia mengatakan, jika nilai Ke-Islaman dan Ke-Sundaan sebagai identitas utama lembaga pendidikan Pasundan.
Lulusan Pasundan Harus Berbeda
Menurut Prof. Dadang, sekolah Pasundan harus mampu melahirkan lulusan yang berbeda dengan sekolah lain, tidak hanya pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada karakter, moral, dan filosofi hidup.
Ia menegaskan bahwa pendidikan guru—khususnya guru Bahasa Sunda, Agama, dan PPKn—tidak boleh berhenti pada penguasaan teori.
Guru harus menjadi teladan dalam nilai moral, mentalitas kuat, kejujuran, dan semangat pantang menyerah, yang kemudian ditransfer kepada siswa.
“Filosofi hidup Sunda bukan sekadar teori. Ada nilai pantang menyerah, keberanian, mental kuat, dan kejujuran yang harus ditanamkan hingga menjadi kebiasaan siswa,” ujarnya.
Filosofis Aseupan dan Galengan
Dalam paparannya, Prof. Dadang menekankan dua filosofi penting dalam budaya Sunda:
- Aseupan
Menggambarkan proses kehidupan yang tidak hanya mempelajari teori, tetapi memahami makna yang dapat dipetik dari setiap proses. Nilai-nilai hidup, moral, dan ketekunan harus menjadi inti pendidikan.
- Galengan
Filosofi galengan mengajarkan tentang kehidupan yang seimbang. Seimbang antara dunia dan akhirat, antara aktivitas dan istirahat, antara kebutuhan jasmani dan rohani.
“Keseimbangan adalah hal penting dalam kehidupan, termasuk dalam pendidikan,” katanya.
Kearifan Sunda sebagai Dasar Kurikulum
Guru Bahasa Sunda turut mengangkat kembali contoh-contoh kearifan lama seperti istilah kacai jadi saleuwi, Ka leuweung jadi salebak, bukan hanya sebagai ungkapan, tetapi sebagai simbol kedalaman makna hidup dan kebersamaan.
Selain itu, konsep manajemen diri juga ditekankan agar generasi muda mampu mengatur hidup dengan baik, menanamkan nilai-nilai moral, serta memiliki kemampuan mengelola kehidupan secara bijak.
Pendidikan Berbasis Pembiasaan
Prof. Dadang menegaskan, pendidikan yang ideal bukan hanya teori besar, tetapi harus melalui pembiasaan sejak dini.
Contohnya, tradisi menabung. Orang tua sering hanya menyuruh, tetapi tidak menjelaskan nilai filosofinya.
“Padahal, yang terpenting adalah membentuk kebiasaan kedisiplinan, bukan sekadar jumlah tabungan. Anak-anak harus dibiasakan sejak kecil. Begitu juga guru. Nilai-nilai itu harus disampaikan dan diterapkan,” tegasnya.
Fokus dalam Bekerja: Paribasa Sunda sebagai Panduan
Ia mencontohkan beberapa paribasa Sunda yang harus menjadi pedoman guru:
“Tungkul ka jukut, tanggah ka sadapan. Bekerja harus fokus, tidak mudah terganggu oleh keadaan sekitar. Moro julang ngalepaskeun peusing. Jangan mengejar sesuatu yang tidak pasti.” paparnya
Dua paribasa ini, menurutnya, harus menjadi karakter kerja tenaga pendidik Pasundan.
Pendidikan Kehidupan yang Mulai Hilang
Prof. Dadang menyoroti bahwa pendidikan modern saat ini mulai kehilangan esensinya. Banyak yang terukur, namun justru menghasilkan pola pikir konsumtif dan pemborosan.
Padahal kegagalan dalam kemampuan ekonomi anak-anak sering bermula dari kurangnya pendidikan nilai dan pembiasaan sejak dini—yang sebenarnya sudah tercantum dalam materi pembelajaran salah satunya dalam Bahasa Sunda
Evaluasi Implementasi
Ia juga menegaskan bahwa kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bertanggung jawab melakukan evaluasi terhadap implementasi nilai-nilai tersebut.
Mereka diminta untuk memastikan bahwa filosofi kesundaan, nilai moral, dan pembiasaan yang diajarkan benar-benar diterapkan di lapangan serta diperbaiki jika ditemukan kekurangan.
Pendidikan menjadi media strategis untuk menyambungkan kembali filosofi hidup, nilai-nilai kesundaan, dan moralitas agar tertanam kuat pada generasi muda.
”Kami di YPDM Pasundan, nantinya akan melakukan evaluasi melalui Wakasek Bidang Kurikulum di sekolah, apakah sudah mengiplementasikannya atau tidak. Serta apakah ada yang harus dievaluasi atau tidak,” paparnya. (tie)












