BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Di tengah kemajuan kota yang kreatif dan modern, Kota Bandung menghadapi tantangan yang dialami hampir semua kota besar di dunia: ketergantungan pangan yang sangat tinggi. Menjawab tantangan tersebut, lahirlah Buruan SAE Bandung untuk menunjang ketahanan pangan.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 96 persen kebutuhan pangan warga Bandung dipasok dari luar daerah.
Angka ini menjadi kegelisahan utama bagi Ir. Gin Gin Ginanjar, M.Eng, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.
Program yang memiliki kepanjangan Sehat, Alami, dan Ekonomis ini awalnya merupakan sebuah gerakan sederhana untuk memanfaatkan lahan sempit.
Namun, seiring berjalannya waktu, inisiatif ini telah berevolusi menjadi model sistem pangan perkotaan terpadu yang sangat efektif.
Solusi Cerdas di Tengah Keterbatasan Lahan Kota
Lahirnya Buruan SAE didasari oleh realita bahwa Bandung tidak memiliki lahan pertanian yang luas. Pendekatan konvensional tentu tidak akan berhasil.
Alih-alih mencari lahan baru, Gin Gin Ginanjar mengajak warga mengoptimalkan ruang yang sudah ada: pekarangan rumah.
“Kami sadar Bandung tidak punya banyak lahan. Tapi hampir setiap rumah punya halaman, sekecil apa pun itu,” ungkap Gin Gin.
Program ini dimulai dengan edukasi di tingkat RW, mengajak warga menanam sayuran, membuat kompos, hingga memelihara ikan atau ternak skala rumah tangga.
Kesadaran kolektif inilah yang menjadi fondasi utama kesuksesan program.
Transformasi Menjadi Sistem Pangan Terpadu
Buruan SAE kini bukan sekadar hobi menanam, melainkan sebuah ekosistem pertanian perkotaan yang komprehensif.
Terdapat delapan aktivitas utama dalam konsep ini, mulai dari budidaya tanaman, peternakan, perikanan, hingga pengelolaan sampah organik.
Hingga akhir tahun 2025, tercatat lebih dari 555 kelompok tani telah mengadopsi konsep ini di berbagai kelurahan.
Keberhasilan Buruan SAE Bandung Ketahanan Pangan didukung oleh peran aktif birokrasi yang terjun langsung ke lapangan.
Para ASN di DKPP tidak hanya bertindak sebagai regulator, tetapi juga pendamping teknis bagi warga.
Sinergi ini menciptakan kemandirian pangan di tingkat keluarga, di mana warga bisa memenuhi kebutuhan dapur sendiri sekaligus mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk organik.
Dampak Ekonomi dan Pengendalian Inflasi Daerah
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa Buruan SAE adalah strategi vital bagi ketahanan kota.
Selain memperkuat solidaritas sosial, program ini terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal dan membantu pengendalian inflasi, khususnya pada komoditas sayur-mayur yang sering mengalami gejolak harga.
-
Pemberdayaan Ekonomi: Warga dapat menjual kelebihan hasil panen ke lingkungan sekitar.
-
Ketangguhan Kota: Mengurangi ketergantungan pada rantai pasok pangan yang panjang.
-
Kualitas Hidup: Menyediakan sumber pangan yang lebih sehat dan segar bagi keluarga.
Prestasi Gemilang di Panggung Internasional

Konsistensi Kota Bandung dalam mengelola program ini membuahkan apresiasi tingkat dunia.
Pada tahun 2022, Bandung meraih Special Mention Milan Pact Awards di Rio de Janeiro, Brasil.
Prestasi membanggakan ini kembali terulang pada Oktober 2025, di mana Buruan SAE meraih penghargaan internasional untuk kategori Food Waste berkat inovasi pengelolaan sampah organik berbasis komunitas.
Bagi Gin Gin Ginanjar, piala dan penghargaan bukanlah tujuan utama. Keberhasilan sesungguhnya adalah transformasi perilaku warga yang kini lebih berdaya dan mandiri.
Buruan SAE telah membuktikan bahwa solusi besar untuk masalah pangan dunia bisa dimulai dari langkah kecil di pekarangan rumah sendiri. (Ave)









