BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – __
“Tahun ini tercatat 204 kasus yang dilaporkan warga. Jumlah ini meningkat 2 kali lipat dibanding tahun lalu,” ujar Kepala Bidang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak (P2HA) pada DP3APM Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Bandung, Anie Febriani, beberpa waktu lalu.
Anie mengatakan, peningkatan jumlah kekerasan pada anak didasari beberapa hal. Diantaranya, penggunaan gawai yang salah arah.
“Anak jadi sangat mudah mengakses hal-hal negatif. Sehingga sering menggunakan kata-kata kasar,” katanya.
Meskipun diakui Anie, anak-anak berkata kasar sudah ada sejak dulu. Namun, dengan keberadaan gawai memperburuk keadaan.
Selain itu, yang menjadi alasan naiknya angka kekerasan pada anak adalah, semakin adanya masyarakat terhadap hal ini. Sehingga mereka lebih terbuka dan melaporkan pada P2TP2A terkait kasus yang mereka alami.
“Sebenarnya 204 kasus ini juga tidak terjadi tahun ini saja. Ada beberapa kasus yang memang terjadi sudah lama,” terangnya.
Kekerasan pada anak ini, seperti fenomena gunung es, yang terlihat kecil di atas, namun melebar ke bawah.
Kekerasan pada anak sendiri kerap dilakukan oleh orang-orang terdekat. Seperti guru les, bahkan guru mengaji.
“Justru ke pada merekalah orang tua merasa aman menitipkan anak-anak,” tambahnya.
Kekerasan yang dilakukanpun beragam. Dari mulai kekerasan fisik, psikis dan verbal. “Membanding-bandingkan antara adik dan kakak juga sudah termasuk kekerasan. Jadi orang tua harus hati-hati,” tambahnya.
Menurut Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak, Bidang (P2HA) pada DP3APM, Iip Saripudin mengatakan, Untuk masyarakat yang sudah melapor ke P2TP2A, maka maka akan diproses.
“Kami punya pengacara untuk memproses jika kasusnya menyentuh kasus hukum,” terangnya.
Hanya saja yang jelas, lanjut Iip, untuk mengurangi kekerasan pada anak, harus dimulai dari orang tua. “Bagaimana pun juga orang tua berperan penting dalam pembinaan dan melindungi anak,” katanya.
Karenanya Kota Bandung memiliki Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). Di mana, ini merupakan tempat untuk memberikan bimbingan kepada orang tua dalam membimbing anak-anak.
“Di puspaga, kami memiliki parenting class, di mana orang tua akan mendapatkan metode yang baik dalam membimbing anak,” katanya.
Selain itu, orang tua juga harus bijaksana dalam memberikan gawai kepada anak-anak. “Gawai itu sifatnya netral, bergantung cara kita menggunakannya. Sehingga kita harus hati-hati,” pungkasnya. (Put)