BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–
Para aktivis dan beberapa politisi Barat menuduh bahwa China telah menggunakan penyiksaan, kerja paksa, dan sterilisasi kepada Uighur.
Sebelumnya, Kanada awal pekan ini juga telah mengeluarkan resolusi yang menyebutkan bahwa perlakuan China terhadap Uighur merupakan genosida.
Sementara itu, Parlemen Belanda pada Kamis, (25/2/2021) mengeluarkan mosi tidak mengikat yang mengatakan perlakuan terhadap minoritas Muslim Uighur di China sama dengan genosida, langkah pertama yang dilakukan oleh sebuah negara Eropa.
Aktivis dan pakar hak asasi manusia mengatakan bahwa setidaknya satu juta Muslim ditahan di kamp-kamp di wilayah barat terpencil Xinjiang.
Namun, China menyangkal akan adanya pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan mengatakan kamp-kampnya menyediakan pelatihan kejuruan dan dibutuhkan untuk melawan ekstremisme.
“Sebuah genosida terhadap minoritas Uighur sedang terjadi di China,” kata mosi dari Parlemen Belanda, yang tidak secara langsung mengatakan bahwa pemerintah China bertanggung jawab.
Kedutaan Besar China di Den Haag mengatakan pada Kamis bahwa setiap tuduhan tentang genosida di Xinjiang adalah “kebohongan langsung” dan parlemen Belanda “dengan sengaja mencoreng China dan mencampuri urusan dalam negeri China.”
Mosi parlemen Belanda itu mengatakan bahwa tindakan pemerintah China seperti “tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran” dan “kamp hukuman” berada di bawah Resolusi PBB 260, yang umumnya dikenal sebagai konvensi genosida.
Partai konservatif VVD Perdana Menteri Mark Rutte menentang resolusi tersebut.
Dilansir dari Antara, Menteri Luar Negeri Stef Blok mengatakan pemerintah Belanda tidak mau menggunakan istilah genosida, karena situasinya belum diumumkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau pengadilan internasional.
“Situasi warga Uighur sangat memprihatinkan,” kata Blok kepada wartawan setelah mosi itu disahkan, seraya menambahkan bahwa Belanda berharap untuk bekerja sama dengan negara lain mengenai masalah tersebut.
Penulis mosi tersebut, anggota parlemen Sjoerd Sjoerdsma dari Partai D-66, telah secara terpisah mengusulkan untuk melobi Komite Olimpiade Internasional untuk memindahkan Olimpiade Musim Dingin 2022 dari Beijing.
“Mengakui kekejaman yang terjadi terhadap orang Uighur di China apa adanya, yaitu genosida, mencegah dunia untuk melihat ke arah lain dan memaksa kami untuk bertindak,” katanya kepada Reuters.
Dalam pernyataan di situs webnya, Kedutaan Besar China di Den Haag mengatakan populasi Uighur di Xinjiang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menikmati standar hidup yang lebih tinggi, dan harapan hidup yang lebih lama.
“Bagaimana Anda bisa menyebut ini genosida? Masalah yang berhubungan dengan Xinjiang tidak pernah tentang hak asasi manusia, etnis atau agama, tetapi tentang memerangi terorisme kekerasan,” kata pernyataan Kedubes China.
Duta Besar China untuk PBB di Jenewa pada Rabu (24/2/2021) menuduh kekuatan Barat menggunakan masalah Uighur untuk mencampuri urusan dalam negeri negaranya tersebut. (*)