BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–India dilanda gelombang kedua virus corona. Saking besarnya jumlah yang terinfeksi, banyak orang menyebutnya sebagai tsunami virus corona.
Triple mutation COVID-19 atau dinamakan B.1.618 ditemukan di India. Mutasi virus ini bahkan telah menyebar ke negara bagian lain, seperti Maharashtra, New Delhi, Benggala Barat, dan Chhattisgarh.
Pada Selasa (27/4/2021) lalu, negara Bollywood mencetak rekor global dengan peningkatan kasus harian mencapai lebih dari 360 ribu. Tak cuma itu, angka kematian juga mencapai rekor tertinggi dengan 3.293 per hari, belum lama ini.
Badai besar COVID-19 tersebut membuat fasilitas kesehatan setempat kolaps hingga banyak pasien tak mendapatkan perawatan layak. Lantas, bagaimana bisa penularan COVID-19 terjadi sangat masif dan cepat di Negeri Sungai Gangga tersebut?
Tsunami Virus Corona Karena Triple Mutation COVID 19
Para ilmuwan menduga peningkatan kasus virus corona di India ini disebabkan oleh triple mutation COVID-19 atau mutasi rangkap tiga coronavirus.
Dilansir dari Klikdokter, Dijelaskan oleh dr. Arina Heidyana, triple mutation COVID-19 ini merupakan hasil evolusi dari tiga strain virus corona yang sudah ada sebelumnya. Tiga strain tersebut pada akhirnya membentuk mutasi virus baru.
Vinod Scaria, peneliti di CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology di India, mengatakan virus sering kali bermutasi genetik ketika menyebar untuk berkembang biak.
Hal ini dilakukan agar mereka menjadi lebih kebal terhadap lingkungan, obat-obatan, atau vaksin yang dapat menghentikan penyebarannya.
Meski triple mutation di India ini cukup mengkhawatirkan, menurut Scaria, tidak semua mutasi berbahaya.
Mutan rangkap tiga juga diidentifikasi membawa mutasi E484K, yang merupakan mutasi virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan dan Brasil.
Selain itu, dikutip dari Jagran English, para ahli mengidentifikasi triple mutation COVID-19 berawal dari mutasi ganda, yaitu varian B.1.617 yang pertama kali terdeteksi di Maharashtra.
Varian B.1.617 ini merupakan mutasi dua jenis virus coronayang, yaitu E484Q dan L452R. Kemudian, varian virus berevolusi dan varian yang digabungkan untuk membentuk mutasi rangkap tiga atau disebuti B.1.618.
Mutasi E484Q yang dilaporkan di Inggris dan Afrika Selatan serta mutasi L452R di California telah dikaitkan dengan kemampuan melawan antibodi pasca-vaksinasi. Inilah yang dikhawatirkan dari triple mutation COVID-19 di India.
Hingga saat ini, mutrasi jenis baru tersebut belum diketahui dampak atau efeknya bagi kesehatn. Hal ini bisa diketahui lewati penelitian virus tersebut. Sekitar sepuluh laboratorium di India mengikuti studi genom mutasi virus baru tersebut.
Meskipun demikian, melihat angka kasus di India yang cepat melesat, para peneliti berkesimpulan kalau varian mutasi rangkap tiga ini mungkin lebih menular.
“Bisa lebih berbahaya, karena dari penelitian mutasi tersebut penyebarannya sangat cepat. Jadi bisa semakin banyak orang yang tertular COVID-19 dalam waktu yang berdekatan,” ucap dr. Arina.
Dinukil dari Women Health, sampai saat ini tidak ada bukti nyata bahwa varian mutasi rangkap tiga ini lebih mematikan atau lebih menular daripada varian lain. Varian ini juga tidak terdaftar sebagai varian yang menjadi perhatian Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat.
Selain itu, belum ada bukti bahwa virus triple mutation di India kebal terhadap vaksin COVID-19. Artinya, sejauh ini vaksinasi masih tetap dibutuhkan untuk mencegah penyebaran virus dan juga mencegah penyakit parah akibat COVID-19.
Penyebab Klaster Kantor COVID-19 Meningkat Meski Sudah Vaksinasi
Anak-Anak Diduga Jadi Penyebar Varian Baru Virus Corona
Pesan dr. Arina, mengingat pandemi belum berakhir, jangan pernah lalai dalam menerapkan protokol kesehatan.
Hindari keluar rumah bila tidak perlu, hindari keramaian, jaga jarak, selalu pakai masker bila di luar rumah, dan rajin mencuci tangan dengan sabun. (*)