BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Terus produktif dan berkarya adalah apa yang selalu diupayakan oleh Kasyfi Adhadini atau yang akrab disapa Kasyfi, Mahasiswi Fakultas Teknik Universitas Pasundan.
Kasyfi tercatat pernah menjadi Delegasi AWMUN-South Korea tahun 2018, Penulis terbaik nasional Penerbit Anlitera tahun 2019, Penyair Terpilih Nasional Penerbit Mandala tahun 2019, Mobility Student School Of Computing UUM Malaysia tahun 2020 dan Juara 1 BMC Nasional bersama team tahun 2021.
“Saya suka apapun yang mengenai belajar dan pengembangan diri,” terang gadis kelahiran Sumanik, 7 April.
Kepada PASJABAR, ia bercerita bahwa ia gemar membaca, belajar dan menulis yang bukan sekedar hobi tapi juga sebuah kebutuhan.
“Untuk membaca, saya suka baca buku apapun terutama tentang sejarah dan sastra, karena suka baca, akhirnya jadi suka nulis, terutama nulis puisi ataupun cerpen, ada beberapa buku terbitan kolaborasi puisi saya seperti sebuah perjalanan, purnama, secangkir kopi yang masih diterbitkan dari penerbit indie,” ujarnya.
Cita-cita terbesar Kasyfi adalah bisa menerbitkan buku di penerbit mayor, dan saat ini tengah proses menggarap sebuah novel bergenre religi-IT. Sehingga membutuhkan banyak research dan referensi untuk menuliskannya. Sebab ia ingin novel yang diterbitkan bisa berbobot untuk dibaca oleh anak-anak muda.
“Alasan saya mengapa butuh research dan lain-lain, itu karena kita yang merupakan penulis pemula harus bersaing dengan penulis-penulis papan atas. Dengan demikian, mengikuti event-event kepenulisan baik ilmiah atau sastra bagi saya itu penting. Fungsinya untuk mempertajam naluri menulis dan memperkaya kosa kata juga,” tuturnya.
Di samping itu, ia juga hobi berpetualang, salah satunya dengan mengikuti organisasi di kampus yaitu Menwa (resimen Mahasiswa).
Di samping itu, ia juga merupakan alumni organisasi kepramukaan di Sekolahnya dulu.
“Menurut saya berbaur dengan alam juga bisa membantu menemukan inspirasi untuk menulis, teladan dalam berkehidupan,” imbuhnya.
Adapun pemfavorit warna hitam dan army ini juga suka menyanyi.
“Tapi lagi-lagi itu hobi saja, untuk menghibur diri, yg notabenenya saya anak rantau yg harus belajar hidup mandiri,” tandas penyuka makanan masakan sendiri dan Umi.
“Saya juga suka art, semacam menggambar animasi gitu, terutama animasi islami gitu, yaaa hitung-hitung dakwah juga kan ya, bisa dilihat di ig saya @kasyfiadhadini.” ulasnya.
Ia juga mengaku senang belajar bahasa asing, melalui bahasa ia juga dapat belajar terkait budaya.
“Saya juga suka dan hobi ngebantu kucing, kasihan kan ya… liat mereka kelaparan, kata mamah angkat saya, manusia itu masih dikasih kemampuan buat nyari rezeki atau finansial, tapi kalau kucing? apalagi kucing jalanan, barangkali rezekinya si kucing juga ada sama kita,” ucapnya.
Kasyfi juga bercerita bahwa ia suka mengajar, seperti kata dosen bahwa mengajar adalah hobinya. Sebab jika kita mengajarkan orang ilmu dan yang diajarkan bisa menempel lama, maka akan menjadi amal jariyah.
“Harapan saya untuk diri saya sendiri dan anak bangsa, kita semua bisa semakin produktif dalam berkarya, karena menurut saya produktif itu lebih menghasilkan dari ‘sibuk’ yang goalsnya masih belum jelas,” tuturnya.
Adapun cita-cita Kasyfi yang paling besar adalah memiliki hafalan quran yang mutqin dan punya pondok pesantren berbasis IT dan sains di kampung halamannya.
“Kesibukan saya saat ini adalah menulis dan belajar, persiapan buat kuliah S2 karena requirements S2 keluar negeri banyak seperti mengikuti kegiatan internship dan skill. terutama kemampuan bahasa Inggris minimal,” terang mahasiswi jurusan Teknik Informatika.
Soal tokoh idola Kasyfi berkata bahwa ia mengidolakan sosok Recep Tayyip Erdogan, Buya HAMKA, Muhammad Al-Fatih , Ummar Bin Khattab, Siti Khadidjah dan Fathimah.
“Saya juga selalu terinspirasi dari Umi, sebab Umi-sekalian seperti, sahabat, kawan, kakak dan teman bermain,” terang pemilik tinggi 169 CM.
Adapun makna hidup bagi Kasyfi adalah belajar terus sampai Allah bilang “berhenti”.
“Berjuang sampai Ujung jangan setengah-setengah kalau udah nyebur basahin aja semua, nikmati-jalani,” sambungnya.
Kasyfi juga selalu bersemangat dalam menjalani hidup ini karena ia tidak mau menyesal di kemudian hari dan tidak perlu menerka-nerka hasil akhir yang menimbulkan ketakutan pada diri sendiri.
“Yang bikin manusia itu takut berjuang dan tidak fight karena terlalu banyak terka menerka tanpa mencoba dahulu. nyoba sekali udah bilang ga bisa, padahal kita bisa jago berhitung 1-10 waktu kecil karena diulang-ulang terus,” terang sulung ini.
Terakhir Kasyfi juga berpesan kepada kita untuk mengurangi mengeluh, banyak kerja, banyak belajar.
“Jikalaupun mengeluh-kerja harus tetap jalan terus-jangan berhenti, tetap jalani walaupun
kesal-pekerjaan yang bikin kesal pertanda ‘kerja itu sendiri’ berhasil menambah kemampuan diri sendiri-tak ada manusia yg tak direpotkan oleh ‘kerja’,” ujarnya.
“Jangan diam jika bertemu hal yang salah. Jika tak punya kuasa untuk merubah sebuah kesalahan dan tidak bisa melawan dengan jalan yang baik maka diam, ambil jalan kebajikan lain untuk melawan. Kamu adalah dirimu-Selagi hidup tanamkan dalam diri sendiri hal-hal baik, karena dihari tua akan susah merubah kebiasaan buruk jika kebiasaan buruk itu terus ditanamkan selagi muda,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan kita untuk jangan berfoya-foya, perbanyak investasi kepada diri sendiri, sebab segala petualangan yang kita-ciptakan sendiri-untuk diri kita, kelak akan menjadi petuah dan kisah eksklusif bagi anak cucu kelak-yang akan membuat mereka juga semangat seperti orang tuanya.
“Sebab umi saya, kisah mudanya penuh dengan nuansa petualangan, kebebasan, produktif sehingga dampak ke diri saya sendiripun juga ingin begitu, malahan lebih baik lagi,” pungkasnya. (tiwi)