BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM —Komisi X DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Kota Bandung, untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Bandung untuk menerapkan sistem pembelajaran kurikulum merdeka.
“Seperti diketahui pemerintah sedang melakukan pilot project program pembelajaran kurikulum merdeka,” ujar Anggota Komisi X DPR RI Dede Yusuf, kepada wartawan Jumat (11/03/2022).
Seperti diketahui, kementrian pendidikan tengah membuat pogram pendidikan merdeka bagi para pelajar. Karenanya, lanjut Dede Komisi X DPR RI melakukan kunjungan ke bebrapa wilayah untuk mengetahui kesiapan mereka terkait pemberlakuan program ini.
Dede mengatakan, Kota Bandung sudah cukup siap untuk memberlakukan kurikulum merdeka dibandingkan dengan kota kabupaten lain.
“Mungkin karena didukung SDM dan infrasruktur yang memadai. Di sinikan jaringan internet bagus, infrastruktur juga menunjang. Jadi penerapan kurikulum merdeka bisa dilaksanakan dengan lebih baik dibandingkan kota kabupaten lain yang terpencil,” terang Dede.
Kedepan, lanjut Dede, sekolah diperbolehkan memilih kurikulum mana yang akan dipergunakan, apakah kurikulum merdeka atau kurikulum 13. Kelebihan kurikulum merdeka ini, adalah anak tidak harus mempelajari semua mata pelajaran yang sekiranya tidak akan dipergunakan di kemudian hari.
Dengan kurikulum ini, anak juga bisa memilih penjurusan lebih dini. Siswa juga diajak berpikir lebih kritis dan banyak menjawab pertanyaan dengan sistem essai.
“Jadi natinya ketika ujian akan lebih sedikit jenis soal pilihan berganda,” tambahnya.
Menurut Dede, kurikululm 13 ini, merupakan perbaikan dibandingkan dengan kurikulum 13 yang sekarang digunakan di Indonesia. Sayangnya, lanjut Dede kurikulum 13 ini banyak mengedepankan metode pembelajaran hapalan. Sehingga anak-anak menjadi lelah dan berat ketika belajar.
“Anak-anak dituntut terlalu banyak menghapal namun tidak dilatih berpikir kritis dan narasif,” tegasnya.
Sehingga nanti, aka nada mata pelajaran yang dihilangkan. Namun, untuk mata pelajaran dasar seperti agama, Pendidikan kewarganegaraan, bahsa, dan sejarah harus tetap ada.
Selama penggunaan kurikulum 13, Dede mengakui banyak pihak yang merasa kebingungan.
“Bahkan sampai sekarang masih banyak guru yang bingun dengan kurikulum 13 ini,” terangnya.
Dede mengatakan, dibuatnya kurikulum merdeka ini, merupakan dampak dari COVID-19 di mana aktivitas dilakukan jarak jauh secara online. Demi menjaga ritme dan efektivitas pembelajaran, kurikulum baru pun mulai diaplikasikan oleh beberapa sekolah penggerak.
Di Kota Bandung, terdapat 23 sekolah dari tingkat PAUD-SMP yang mencoba kurikulum baru bernama kurikulum prototipe (merdeka).
Meski harus meraba-raba sekitar tiga bulan, para kepala sekolah mengatakan, sudah bisa menemukan pola bagaimana agar kurikulum ini bisa efektif untuk anak-anak didik mereka.
Hal ini terungkap dalam diskusi bersama Komisi X DPR RI dengan para kepala sekolah penggerak di Balai Kota Bandung, Jumat 18 Maret 2022.
Salah satunya dirasakan oleh Kepala Sekolah SMPN 12 Bandung, Agus Deni.
Agus menyampaikan, kurikulum ini lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan peserta didik untuk berpikir lebih kreatif.
“Saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), sekolah kami mulai menerapkan pelajaran berbasis kewirausahaan dengan tema ketahanan pangan dan ekonomi. Selama setahun ini pelajaran berbasis proyek kita integrasikan melalui beberapa mata pelajaran,” papar Agus.
Hal serupa juga diakui Kepala Sekolah SDN 061 Cijerah, Januar Musliadi. Menurutnya, saat pertama kali mengaplikasikan kurikulum ini, ia dan para guru di sekolahnya masih menjajaki kurikulum merdeka.
“Ternyata, setelah kami jalani, kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler beragam. Anak didik diberikan cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan potensi,” ungkap Januar.
Terlebih, imbuh Januar, kurikulum merdeka ini tidak ada lagi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang selama ini menjadi sebuah keresahan dari siswa, orang tua, juga guru.
“Anak-anak jadi lebih nyaman belajar, mengeksplor dirinya. Bukan hanya fokus pada materi, tapi juga soft skill mereka terasah,” imbuhnya. (put)